Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Populer: Nasib IKN Setelah Jokowi Lengser; Sosok di Balik Cuan Sepak Bola
23 November 2022 6:44 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Presiden Jokowi bersama Ketua DPR Puan Maharani dan para pemimpin redaksi nasional minum air kelapa muda di area Ibukota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (22/6/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01818ab6cf016e749f60569934e4bfae.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga ada artikel tentang sosok di balik FIFA yang membuat Piala Dunia atau sepak bola menghasilkan cuan besar. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis.
Nasib IKN Nusantara setelah Jokowi Lengser
Staf Ahli Hubungan Kelembagaan Bappenas sekaligus Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Hukum dan Kelembagaan Pemindahan IKN Kementerian PPN/Bappenas, Diani Sadiawati, menepis kekhawatiran masyarakat bahwa proyek IKN Nusantara bakal mangkrak ketika Presiden Jokowi, sebagai inisiator proyek IKN, lengser pada 2024 nanti.
Ia menegaskan, pemerintah telah membuat peraturan mengikat di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Dalam Pasal 24 ayat 3, mengatur bahwa persiapan, pembangunan, dan pemindahan IKN Nusantara ditetapkan sebagai program prioritas nasional paling singkat 10 tahun dalam rencana kerja pemerintah sejak UU tersebut berlaku, yakni sejak 15 Februari 2022.
ADVERTISEMENT
Atau, paling singkat sampai dengan selesainya tahap 3 pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Induk Ibu Kota Nusantara, yakni pada 2034. Artinya, pembangunan IKN Nusantara ini akan tetap menjadi program prioritas nasional hingga tahun 2034.
"Ini komitmen kita bersama, saya rasa ini kebijakan politik yang menentukan, tapi paling tidak dalam undang-undang ini, semangat kita untuk membangun IKN Nusantara yang jadi milik kita bersama dapat terus dilanjutkan," ujar Diani.
Sosok di Balik Cuan Sepak Bola
Merujuk laporan resmi FIFA, pada Piala Dunia Qatar 2022, FIFA mendapat dana sponsor tambahan yang menyentuh angka USD 7,5 miliar (sekitar Rp 117 triliun). Berkat hal itu, FIFA ditaksir bakal meraup keuntungan bersih sebesar USD 1 miliar (sekitar Rp 15,7 triliun).
ADVERTISEMENT
Sebelum Piala Dunia menjadi ladang penghasilan seperti saat ini, FIFA dulunya federasi amatir dan tidak menghasilkan uang besar. Adapun sosok di balik FIFA yang menjadikan sepak bola sebagai sumber uang itu adalah Presiden FIFA 1974, Joao Havelange.
Setahun menjabat, Havelange merekrut Sepp Blatter sebagai Direktur Teknik FIFA. Menyadari FIFA tidak punya modal, Blatter bergerak cepat dan melakukan lobi kepada brand minuman raksasa, Coca-Cola. Pada 1976, Coca-Cola menjadi sponsor pertama yang mendanai FIFA.
Berkat tangan dingin Blatter, brand-brand raksasa mulai mengikuti langkah Coca-Cola. Mulai dari Adidas, perusahaan maskapai penerbangan asal Belanda, KLM. Kemudian perusahaan elektronik, PHILIPS, serta perusahaan kopi asal Brasil, CAFES DO Brasil.
"Kedatangan Havelange melambangkan masuknya kapitalisme ke tubuh FIFA," kata penulis biografi Joao Havelange, Ernesto Rodrigues dalam film dokumenter FIFA Uncovered.
ADVERTISEMENT
Apa yang diwariskan Havelange silam terus berkembang di tubuh FIFA. Bahkan di Piala Dunia Qatar 2022 ini, sponsor mulai didominasi oleh perusahaan asal Asia.
Mengutip perusahaan analis data asal London, Global Data, Al Jazeera menyebut, sponsor dari China mengungguli korporasi Amerika Serikat (AS) yang punya sejumlah merek global populer seperti Coca-Cola, Nike, Budweiser, dan McDonald's.
Perusahaan properti dari China, Wanda Group (Dalian Wanda Group) tercatat mengikat kontrak sponsor terbesar dengan nilai USD 850 juta atau Rp 13,3 triliun.
Jika dijumlahkan, total nilai sponsor perusahaan China mencapai USD 1,4 miliar atau hampir Rp 22 triliun. Nilai tersebut mengungguli sponsor dari perusahaan-perusahaan AS yang totalnya sebesar USD 1,1 miliar atau Rp 17,2 triliun.
ADVERTISEMENT