Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Populer: Pabrik Bahan Baku Susu Ikan Bakal Dibangun; Tupperware Bangkrut
20 September 2024 7:56 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana membangun pabrik percontohan pengolahan bahan baku susu ikan , Hidrolisat Protein Ikan (HPI) di Pekalongan, Jawa Tengah, dengan investasi Rp 8 miliar. Kabar ini menjadi salah satu berita paling banyak dibaca sepanjang Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ada juga kabar tentang Tupperware mengajukan status kebangkrutan ke pengadilan di Amerika Serikat. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis:
Pabrik Bahan Baku Susu Ikan Bakal Dibangun
Direktur Pengolahan dan Bina Mutu Ditjen PDSPKP, Widya Rusyanto, mengatakan saat ini pabrik HPI sudah ada di Indramayu, Jawa Barat, beserta pabrik pengolahan HPI menjadi susu ikan di Bekasi milik PT Berikan Bahari Indonesia.
Perusahaan Berikan sudah memproduksi susu ikan dengan merek Surikan. Produk susu bubuk tersebut sebenarnya sudah diluncurkan sejak Agustus 2023 lalu.
"KKP dalam waktu dekat ini akan membangun unit HPI di Pekalongan, Insyaallah mudah-mudahan di November akhir sudah bisa trial dan bisa membuat produk HPI," ujarnya saat konferensi pers di pabrik pengolahan susu ikan di Indramayu, Rabu (18/9).
ADVERTISEMENT
Pabrik tersebut nantinya tetap disupervisi oleh Founder Berikan Bahari Indonesia, Yogi Arie, dan menggunakan teknologi pangan yang sama dengan pabrik di Indramayu. Widya menilai, teknologi tersebut mampu menjaga ikan tetap segar untuk diolah menjadi HPI.
Tupperware Bangkrut
Chief Restructuring Officer Tupperware, Brian J. Fox, mengakui perusahaan saat ini dalam kondisi kesulitan keuangan, terutama penjualan yang terus anjlok.
“Menghadapi kebutuhan likuiditas yang semakin mendesak dan tekanan operasional yang terus berlanjut, perusahaan memulai kembali upaya pemasaran untuk ketiga kalinya setelah akhir pekan 4 Juli,” kata Chief Restructuring Officer Brian J. Fox dalam dokumen pengadilan yang diajukan Selasa, dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/9).
Tupperware mengakui penjualan mereka kian anjlok sejak 2020, terutama saat pandemi COVID-19 menyerang dunia dan pendapatan terus turun.
ADVERTISEMENT
Pada Juni tahun ini, perusahaan bahkan menutup satu-satunya pabrik di Amerika Serikat dan memberhentikan hampir 150 karyawannya.
Presiden dan Chief Executive Officer Tupperware, Laurie Ann Goldman, mengatakan dalam pengajuan kebangkrutan, Tupperware mendaftarkan aset antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar dan kewajiban (utang) sebesar USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Nilai ini setara Rp 153 triliun.
“Pengajuan kebangkrutan agar kami bisa fleksibel mendukung transformasi perusahaan, terutama digitalisasi," katanya dalam sebuah pernyataan resmi.