Populer: Pajak Ekspor Nikel Usai RI Kalah di WTO; Biaya Riset IndoVac Rp 300 M

26 November 2022 6:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
Berita tentang kekalahan Indonesia menggugat Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel Indonesia menjadi berita yang paling banyak dibaca sepanjang Jumat (25/11).
ADVERTISEMENT
Selain itu, pernyataan Dirut Bio Farma yang mengatakan anggaran riset Vaksin Indovac telan 300 Miliar juga menjadi berita paling populer. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis:

Menteri ESDM Akui RI Kalah Di WTO Soal Ekspor Nikel

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan Indonesia kalah dalam gugatan Uni Eropa di DSB World Trade Organization (WTO) terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel sejak awal 2020.
Arifin belum bisa memastikan berapa tarif yang akan ditetapkan oleh pajak ekspor ini. Ia juga enggan membeberkan kapan kebijakan ini berlaku.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif hadiri rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (27/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Kita masih kaji harus melibatkan beberapa kementerian sudah siap atau belum, kita juga punya customer kita juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan juga, kita evaluasi," ujarnya kepada wartawan di kantor Kementerian ESDM, Jumat (25/11).
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintah masih berupaya untuk mengajukan banding atas putusan WTO yang menyatakan Indonesia telah melanggar ketentuan terkait dengan kebijakan larangan ekspor bijih nikel.
"Belum putus akhir ya kan masih ada tahap-tahap selanjutnya. Jadi kita masih berusaha untuk bisa berupaya mengoptimalkan, ya kita punya sumber daya alam untuk menjadi produk," jelasnya.

Dirut Bio Farma Ungkap Vaksin IndoVac Habiskan Rp 300 M

Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma. Foto: Aditya Panji/kumparan
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkapkan anggaran riset merupakan tantangan terbesar industri vaksin, seperti halnya vaksin COVID-19 yang menghabiskan hampir Rp 300 miliar.
"Kami untuk produksi satu jenis vaksin IndoVac, kita habiskan hampir Rp 300 miliar. Dan kalau uji risetnya gagal itu uang hilang," kata Basyir dalam acara Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures di Jakarta, Jumat (25/11).
ADVERTISEMENT
Basyir menyampaikan lembaga-lembaga yang dapat membiayai vaksin tersebut seringkali mengkhawatirkan jika produksi vaksin Bio Farma itu gagal, namun Basyir menegaskan dengan kolaborasi berbagai lembaga riset dan pemerintah, kekhawatiran itu dapat dihapus.
Basyir juga berkata kemandirian produksi vaksin dalam negeri menjadi prioritas saat ini, mengingat pada masa pandemi COVID-19 lalu, beberapa negara kaya membatasi pasokan vaksin mereka demi mengamankan pasokan dosis vaksin.