Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Populer: Perbandingan Bunga Utang KCJB China dan Jepang; Tupperware Mau Bangkrut
13 April 2023 4:12 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada kabar soal Produsen peralatan makan asal Amerika Serikat (AS), Tupperware , terancam bangkrut. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis sepanjang Rabu (12/4):
Perbandingan Bunga Utang KCJB China dan Jepang
Indonesia akan utang ke China Development Bank (CDB) USD 560 juta atau setara Rp 8,34 triliun (asumsi kurs Rp 14.900 per dolar AS). Utang itu akan digunakan untuk membayar pembengkakan biaya atau cost overrun KCJB yang disepakati sebesar USD 1,2 miliar.
China memberi bunga pinjaman untuk utang tersebut sebesar 3,4 persen. Menurut Suryadi, bunga tersebut terlalu besar dibanding dengan bunga pinjaman yang ditawarkan Jepang.
"Kita kecewa terhadap pemerintah yang gagal menegosiasi bunga pinjaman ini. Bunga pinjaman dari China ini terlalu besar, apalagi jika dibandingkan dengan bunga pinjaman dari Jepang yang dulu ditawarkan hanya sebesar 0,1 persen padahal dengan biaya proyek yang lebih murah," kata Suryadi kepada kumparan, Selasa (11/4) malam.
Mulanya, hitungan awal anggaran yang dibutuhkan untuk proyek KCJB ini sebesar USD 6,07 miliar. Suryadi menilai, pembengkakan biaya proyek KCJB disebabkan karena pemerintah Indonesia kurang teliti.
ADVERTISEMENT
"Jika pemerintah teliti membaca proposal dari China tersebut, seharusnya biaya-biaya yang belum masuk dalam perhitungan ini sudah diketahui sejak awal," kata dia.
Tupperware Terancam Bangkrut
Tupperware terancam bangkrut lantaran kinerja keuangan terus merosot. Tercatat saham Tupperware anjlok hampir 50 persen pada Senin (10/4), penurunan terbesar sepanjang berdirinya perusahaan.
Investor ketakutan setelah Tupperware Brands Corporation mengatakan Jumat lalu, mereka telah menyewa penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur modalnya untuk melanjutkan kelangsungan usaha.
Mengutip dari The Straits Times (11/4), Tupperware mengalami peningkatan kinerja selama 2 tahun pertama pandemi COVID-19, dengan harga sahamnya melonjak hingga USD 37 karena lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.
Setelahnya, performa Tupperware terus turun, perusahaan menyalahkan kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi. Pada hari Senin, saham ditutup pada USD 1,22 setelah turun 49,6 persen.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Maret, perusahaan melaporkan kerugian dari operasi yang dilanjutkan sebesar USD 28,4 juta untuk tahun 2022, meskipun tingkat kerugian turun dari USD 152,2 juta pada tahun sebelumnya. Penjualan bersih tahun lalu turun 18 persen menjadi USD 1,31 miliar.
Kepala eksekutif Tupperware Miguel Fernandez mengatakan, perusahaan sedang mencari calon investor atau mitra untuk mempertahankan perusahaan. Ia mengaku memiliki anggaran yang cukup untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.