Populer: Prabowo Paling Banyak Urus Aset Negara; Impor Senjata RI Terbesar Dunia

13 Juli 2020 6:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengikuti rapat kerja bersama Komisi I DPR. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengikuti rapat kerja bersama Komisi I DPR. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Aset milik negara setelah dihitung kembali saat ini mencapai Rp 10.467,53 triliun, naik 65 persen dibandingkan sebelumnya yang sebesar Rp 6.325,28 triliun. Dari jumlah tersebut, mayoritas berada di bawah pengelolaan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.
ADVERTISEMENT
Kabar itu mendapatkan sorotan dari publik dan menjadi salah satu yang populer. Informasi tersebut dirangkai dengan Indonesia menjadi negara yang paling banyak mengimpor senjata.
Berikut ini selengkapnya berita populer kumparanBisnis sepanjang hari Minggu (12/7).

Prabowo Paling Banyak Urus Aset Negara

Berdasarkan nilainya, aset tetap yang dimiliki Kementerian Pertahanan (Kemhan) merupakan yang tertinggi di antara kementerian dan lembaga lainnya, mencapai Rp 1.645.56 triliun atau naik 27,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Aset kementerian yang dipimpin Prabowo Subianto itu mengalahkan aset tetap yang dimiliki Kementerian PUPR, yang mencapai Rp 1.564,61 triliun atau naik 26,3 persen dari tahun lalu.
"Paling besar adalah Kementerian Pertahanan, kedua PUPR. Dulu yang urutan pertama itu selalu PUPR, sekarang kesalip oleh Kementerian Pertahanan," ujar Direktur Barang Milik Negara (BMN) Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Encep Sudarwan saat diskusi virtual terkait barang milik negara, Jumat (10/7).
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat melakukan kunjungan ke Akademi Militer. Foto: TNI AD
Menurut dia, ada sejumlah faktor aset tetap Kemhan mengungguli kementerian dan lembaga lainnya. Salah satunya karena adanya pembenahan aset yang sudah mulai tercatat.
ADVERTISEMENT

Impor Senjata RI Masuk yang Terbesar di Dunia

Pada 15 April, Badan Pusat Statistik merilis data ekspor-impor Indonesia sepanjang Maret yang memperlihatkan peningkatan drastis impor senjata — naik 7.384 persen dari bulan Februari; bahkan melonjak 8.809 persen dari tahun sebelumnya, Maret 2019.
Senjata-senjata dari Belanda, Amerika Serikat, dan Italia itu merupakan hasil belanja militer Kemhan. Menurut Kepala BPS Suhariyanto, “Ini impor rutin setiap tahun untuk pertahanan dan keamanan negara.”
Indonesia sejak dulu secara berkala masuk ke daftar negara pengimpor senjata terbesar di dunia. RI mulai masuk ke daftar itu pada 1958 — tiga belas tahun setelah merdeka.
Impor senjata RI menanjak pada 1960 di era Demokrasi Terpimpin Sukarno, lalu turun, meningkat lagi pada 2003 di masa Reformasi, kemudian kembali turun, mendadak melonjak pada 2013-2014 di akhir pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, lalu merosot, dan naik lagi pada 2017 di periode Jokowi.
ADVERTISEMENT
Meski Indonesia juga mengembangkan industri pertahanan domestiknya, namun tetap bergantung pada impor senjata untuk sebagian besar alutsista. Selama 2013–2017, berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Indonesia tercatat sebagai importir senjata terbesar ke-10 di dunia.
Defile Alutsista TNI saat HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Sabtu (5/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
RI membeli alutsista dari ragam pemasok, mencerminkan sikap non-bloknya. Negara-negara yang menjadi pemasok utama impor senjata Indonesia pada periode 2012-2016 adalah Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan, China, dan Jerman.
Impor senjata Indonesia membesar secara substansial dua dekade terakhir seiring dengan anggaran belanja militer yang meningkat signifikan. Hal ini didorong oleh upaya modernisasi kekuatan tempur TNI lewat kebijakan jangka menengah berupa pemenuhan minimum essential force (MEF) yang ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010.
ADVERTISEMENT
Pemerintah RI memasang target untuk memenuhi 100 persen MEF pada 2024 — akhir periode kepemimpinan Jokowi. Hingga tahun 2019, menurut Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid, pemenuhan MEF sudah mencapai 74 persen. Di angka 100 persen nanti, pertahanan Indonesia diyakini bakal punya efek gentar bagi dunia.