Populer: Profesi yang Tak Terimbas AI; Ubah Citra Pinjol Jadi Pindar

13 Januari 2025 5:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi artificial intelligence.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Informasi mengenai profesi yang tak terimbas perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Minggu (12/1).
ADVERTISEMENT
Ada juga berita terkait upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengubah citra negatif pinjaman online (pinjol) dengan mengganti penyebutan menjadi pinjaman daring (pindar) yang tak kalah menyita perhatian publik.
Berikut ini rangkuman selengkapnya:

Profesi yang Tak Terimbas AI

Tidak semua profesi terdampak secara negatif di tengah perkembangan pesat AI. Sejumlah profesi diprediksi akan bersinar di tengah ancaman PHK massal, seperti profesi yang berkaitan dengan teknologi.
Pekerjaan seperti data scientist, AI trainer, cyber security specialist, dan software developer diperkirakan akan mengalami lonjakan permintaan. Keahlian di bidang pengolahan data, pengembangan sistem berbasis AI, hingga keamanan siber menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan yang ingin bertahan di era digital.
Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Shutterstock
Pengamat ketenagakerjaan Arif Novianto menilai ilmuwan data atau data scientist menjadi salah satu pekerjaan yang akan banyak diminati. Data scientist pekerjaan yang mendapat keistimewaan seiring perkembangan AI.
ADVERTISEMENT
"Terkait pekerjaan apa yang akan banyak diminati atau mendapat semacam privilege di era perkembangan teknologi atau AI ini ya yang paling banyak mendapat kebutuhan yang besar itu adalah misalnya data scientist,” ungkap Arif kepada kumparan, Sabtu (11/1).
Selain itu, karena AI membutuhkan pelatihan dengan dilatih langsung oleh manusia yang memasukkan data, peran pelatih AI atau AI trainer juga penting. Meski begitu, Arif menyayangkan banyak AI trainer yang justru di bayar murah.
Namun, keberadaan AI trainer menurut Arif juga dilihat sebagai persoalan ganda. Hal ini karena banyak AI trainer yang digunakan untuk membangun AI canggih di suatu perusahaan, tetapi akhirnya menciptakan pemangkasan pekerja.

Ubah Citra Pinjol Jadi Pindar

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman. Foto: Dok. OJK
Citra buruk pinjol sudah sampai ke telinga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Terbaru, otoritas berupaya memperbaikinya dengan mengubah penyebutan pinjol menjadi pinjaman daring atau pindar.
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya, Agusman, berharap Pinjol yang merupakan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) terus memiliki citra positif di masyarakat, termasuk dalam implementasi penguatan tata kelola yang baik dan penguatan manajemen risiko penyelenggara LPBBTI.
Rebranding nama menjadi pindar merupakan langkah strategis untuk meningkatkan citra dan memperbaiki persepsi publik terhadap industri LPBBTI, mengingat pinjaman online (pinjol) selama ini seringkali dikaitkan dengan citra negatif, seperti praktik pinjaman yang tidak transparan dan berbunga tinggi,” kata Agusman dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat (10/1).
Agusman menyoroti dilahirkannya istilah pindar ini bisa menjadi pembeda antara penyelenggara pinjaman online legal dengan ilegal. Sehingga masyarakat dapat mengidentifikasi dengan mudah mana penyelenggara pinjaman online yang berizin di OJK.
Ilustrasi fintech. Foto: Shutter Stock
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S Djafar menyambut baik diubahnya nama pinjol menjadi pindar. Menurutnya, perubahan nama itu tidak terlepas dari usulan pengusaha fintech. Tujuannya untuk membedakan yang ilegal dan berizin.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, memandang perubahan istilah dari pinjol ke pindar tak berdampak positif pada citra platform pinjaman tersebut.
“OJK harusnya fokus pada penyelesaian masalah ketimbang merubah istilah di masyarakat, terutama pinjaman yang menjerat masyarakat miskin, rentenir bermodus pinjaman online hingga sanksi hukum yang keras,” tegas Bhima.