Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Populer: Qatar-UEA Bantu Prabowo Bangun 7 Juta Rumah; Penyebab Rupiah Tersungkur
28 Desember 2024 6:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Perumahan Hashim Djojohadikusumo mengungkap Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) siap membiayai program 3 juta rumah . Ini menjadi berita populer di kumparanBisnis sepanjang Jumat (27/12).
ADVERTISEMENT
Selain itu, berita mengenai penyebab Rupiah kembali mengalami pelemahan pada perdagangan menjelang akhir tahun, juga ramai dibaca publik. Berikut rangkumannya.
Hashim: Qatar dan UEA Bakal Bantu Prabowo Bangun 7 Juta Rumah
Pemerintah Qatar mengungkap kesediaannya untuk membangun 5 juta unit rumah. Hal ini ditambah seorang dermawan dari Qatar yang turut akan membangun 1 juta unit rumah.
"Saya dengar sendiri dari Pak Presiden Prabowo bahwa Pemerintah Qatar bersedia untuk membiayai 5 juta unit perumahan. Juga ada dermawan dari Qatar secara pribadi akan bantu 1 juta unit perumahan,” ungkap Hashim dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (27/12).
Selain itu, Hashim juga membeberkan rencana Uni Emirat Arab untuk turut ambil andil dalam pembangunan rumah. Usai kunjungannya ke Abu Dhabi, Hashim mengungkap pemerintah UEA akan membangun 1 juta unit rumah.
ADVERTISEMENT
“Saya juga berkunjung, ke Abu Dhabi dan Pemerintah Abu Dhabi menyatakan akan bantu 1 juta unit perumahan. Jadi dua negara ini bersedia untuk membiayai 7 juta unit perumahan," lanjutnya.
Penyebab Rupiah Kian Tersungkur di Akhir Tahun, Tembus Rp 16.268 per Dolar AS
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan nilai tukar rupiah hingga Jumat (27/12) pukul 13.49 WIB belum menunjukkan penguatan, berada di level Rp 16.268 atau melemah 78,50 poin sekitar 0,48 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal.
"Semua orang memprediksi bahwa di akhir tahun itu rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan, tetapi rupanya sampai saat ini rupiah terus mengalami pelemahan," kata Ibrahim kepada kumparan, Jumat (27/12).
ADVERTISEMENT
Ia menjabarkan, salah satu faktor eksternal utama adalah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dia memprediksi, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga dua kali di tahun depan.
Selain itu, geopolitik di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina turut berperan mempengaruhi penguatan dolar AS. Ibrahim juga menyoroti perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak pada kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Dari sisi domestik, kebijakan pemerintah terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen dinilai memberikan dampak negatif terhadap daya beli masyarakat. Gonjang-ganjing politik di dalam negeri juga dianggap turut mempengaruhi kepercayaan investor asing.