Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Potensi Perang Dagang Trump, China Beri Stimulus USD 1,4 Triliun ke Pemda
10 November 2024 9:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintah China disebut mengeluarkan stimulus ekonomi sebesar 10 triliun Yuan atau sekitar USD 1,4 triliun bagi pemerintah daerah di China yang terlilit utang. Langkah ini juga dilakukan untuk menanggapi potensi perang dagang saat Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) tahun depan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Bloomberg pada Minggu (10/11), setelah disahkan aturan mengenai pembiayaan untuk utang pemerintah daerah akan diberikan hingga tahun 2028. Ekonom Chang Shu dan Eric Zhu menyebut langkah ini akan menjadi dorongan untuk menghidupkan perekonomian.
“Dengan paket ini, pejabat lokal mungkin bisa mulai mengejar pengeluaran yang telah dialokasikan dalam anggaran tahun ini. Untuk mendorong pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, aspek penting lainnya kemungkinan akan muncul, terutama langkah-langkah fiskal yang lebih spesifik untuk mendukung permintaan,” ungkapnya.
Pemerintah China juga mengungkap kebijakan ini dapat menghemat sekitar 600 miliar Yuan untuk pembayaran bunga selama lima tahun yang akan memungkinkan dana tersebut dialokasikan untuk meningkatkan investasi dan konsumsi.
Kebijakan ini dipandang oleh para ekonom Morgan Stanley sebagai langkah yang dapat memutus spiral deflasi. Selain itu, Raymond Yeung, kepala ekonom untuk China Raya di Australia & New Zealand Banking Group Ltd menyebut kebijakan fiskal ini merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan konsumsi masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Dari perspektif manajemen fiskal, ini adalah langkah yang tepat. Saya tidak mengatakan ini tidak positif bagi pertumbuhan tetapi dampaknya akan cukup tidak langsung dan tersebar selama bertahun-tahun,” ungkapnya.
Selain itu, Pemerintah China menyebut utang pemerintah daerah menjadi salah satu risiko ekonomi dan keuangan utama yang dihadapi. Banyak pemerintah daerah yang mengalami kesulitan dalam pembayaran utang karena krisis properti yang terjadi di China. Angka nilai tertunggak mencapai 14,3 triliun Yuan, jauh di bawah perkiraan International Monetary Fund (IMF) di kisaran 60 triliun Yuan.
Selain stimulus, Pemerintah China juga menaikkan batas utang pemerintah daerah untuk pertama kalinya sejak 2015. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus tambahan senilai 6 triliun Yuan selama tiga tahun untuk menukar utang. Selain itu, pemerintah daerah dapat mengakses total tambahan 4 triliun Yuan dalam kuota obligasi lokal khusus yang disetujui secara bertahap selama lima tahun termasuk 2024.
Pemerintah China tidak menjelaskan secara langsung soal kebijakan-kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya beli domestik. Namun, Menteri Keuangan Lan Fo'an menjelaskan akan ada kebijakan fiskal yang lebih tegas setelah pelantikan Trump Januari nanti.
ADVERTISEMENT
"Para pembuat kebijakan di pemerintahan China mungkin tidak melihat perlunya respons yang kuat terhadap kemenangan Trump sebelum ia menjabat, mengingat respon pasar pasca-pemilu yang relatif terkendali. Tapi tahun depan adalah masalah yang berbeda, para pejabat akan menanggapinya sebagaimana adanya,” ungkap kepala ekonom Tiongkok dari Pantheon Macroeconomics, Duncan Wrigley.
Saat ini investor menantikan pertemuan 24 anggota Politbiro yang akan membahas ekonomi dalam pertemuan di bulan Desember. Dari pertemuan tersebut, diharap ada kebijakan yang lebih detail dari Pemerintah China mengenai sikap Trump terhadap tarif, dan lebih banyak waktu untuk menyusun strategi fiskal guna melindungi ekonomi.
Kepala riset di Credit Agricole CIB, Xiaojia Zhi memproyeksi akan ada tambahan stimulus sebesar 12 - 13 triliun Yuan dalam tiga tahun ke depan untuk mengimbangi kenaikan tarif AS yang naik secara agresif.
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS disebut mengancam 60 persen tarif produk China yang berpotensi untuk menghancurkan perdagangan serta merusak ekspor.
Langkah ini juga menjadi pemberian stimulus paling berani pasca pandemi yang membuat saham di China melonjak 30 persen sejak September.