PPKM Dilonggarkan, Penumpang di Bandara Soetta Belum Mengalami Lonjakan

4 September 2021 12:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (23/3).  Foto: Dok. Angkasa Pura 2
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (23/3). Foto: Dok. Angkasa Pura 2
ADVERTISEMENT
Pemerintah mulai menurunkan status level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali sejak 24 hingga 30 Agustus 2021. Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan sebanyak 67 daerah telah memasuki level 3.
ADVERTISEMENT
Namun pelonggaran status level PPKM ini belum memberikan dampak signifikan terhadap kunjungan harian penumpang bandara yang dikelola PT Angkasa Pura (Persero).
Vice President of Corporate Communication AP II Yado Yarismano mengatakan, saat ini rata-rata pengunjung harian Bandara Soekarno Hatta hanya 25.000-30.000 orang. Angka tersebut masih terbilang rendah dibanding sebelum masa PPKM yang sekitar 50.000-60.000 orang per hari.
"Jika dibanding ke sebelum pandemi itu di Bandara Soekarno-Hatta pergerakan penumpang bisa mencapai 180.000 penumpang per harinya," katanya kepada kumparan, Sabtu (4/9).
Yado mengakui, saat ini pergerakan penumpang di Bandara Soetta belum mengalami lonjakan yang signifikan. "Kurang lebih itu gambarannya (selama PPKM)," katanya.
Perusahaan pengelola bandara pelat merah, Angkasa Pura II (Persero), menderita kerugian cukup dalam selama pandemi COVID-19. AP II sendiri mengelola 18 bandara, termasuk di dalamnya Bandara Soetta di Tangerang.
ADVERTISEMENT
Perseroan mencatat kerugian sekitar Rp 2,4 triliun berdasarkan laporan keuangan tahunan 2020. Padahal tahun sebelumnya, perusahaan yang dipimpin Muhammad Awaluddin ini mencatatkan laba bersih Rp 1,01 triliun.
Masih mengacu pada laporan tahunan perusahaan, pendapatan Angkasa Pura II anjlok menjadi Rp 5,8 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya yang membukukan pendapatan Rp 11,08 triliun.
Penurunan kinerja ini diikuti oleh beban utang jangka pendek perusahaan yang makin naik menjadi Rp 6,78 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya Rp 5,33 triliun.