PPKM Tak Ada Lagi, Pengusaha Prediksi Nasib Bisnis Mamin di 2023 Membaik

11 Februari 2023 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey di Hypermart Puri Indah, Rabu  (8/2/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey di Hypermart Puri Indah, Rabu (8/2/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengusaha memprediksi bisnis makanan dan minuman atau mamin di 2023 bakal membaik. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengatakan membaiknya bisnis food and beverage (F&B) tersebut tak terlepas dari kebijakan Presiden Jokowi yang mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
ADVERTISEMENT
"Ketika kita sudah masuk ke masa PPKM dicabut dan menuju endemi, F&B akan cemerlang," kata Roy kepada kumparan, Sabtu (11/2).
Roy menyebut konsumsi rumah tangga yang didominasi industri mamin berperan besar yang membuat perekonomian Indonesia di 2022 tumbuh 5,31 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 4,93 persen secara yoy. Sementara itu kontribusinya terhadap perekonomian sebanyak 51,87 persen.
"Oh besar F&B menempati posisi di konsumsi rumah tangga di indeks penjualan riil (IPR). Kan kemarin dengan pertumbuhan ekonomi yang dicatat 5,31 persen itu kan kontribusi rumah tangga itu 51,6 persen. Hampir 37,8 persen adalah dari F&B," ujar Roy.
Roy memprediksi industri mamin kontribusinya bakal meningkat menjelang Pemilu 2024. Pemilu yang masih tahun depan tersebut belanjanya sudah dimulai di 2023.
ADVERTISEMENT
"Tahun politik, namanya partai, kita lihat pemilu 2019 lah. Mereka akan melayani konstituennya dengan memberi sembako, mamin. Itu wajar saja untuk mencari simpati masyarakat," ungkap Roy.
Kursi di tempat makan di salah satu Mal di Jakarta, Senin (5/7/2021) saat PPKM Darurat berlaku. Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Meski begitu, Roy menyarankan pelaku bisnis mamin harus tetap bisa menyesuaikan dengan tren yang sedang digandrungi masyarakat. Ia merasa kalau tidak bisa menyesuaikan, bisa saja bisnis bakal sulit bertahan.
Lebih lanjut, Roy juga menyinggung bisnis ritel Transmart yang belakangan ini ramai diperbincangkan karena menutup gerai. Ia menilai Transmart saat ini sedang menata strategi baru dengan menyesuaikan kondisi di masyarakat.
"Strateginya sudah berjalan, tapi belum disesuaikan dengan perilaku konsumen pasca pandemi. Jadi Transmart itu kalaupun ada yang kurang atau tutup dan lain sebagainya, itu bukan bangkrut tapi mereka sedang menata atau merelokasi," tutur Roy.
ADVERTISEMENT