Prabowo Yakin RI Jadi Lumbung Pangan Dunia, Ini Strategi yang Bisa Dilakukan

1 September 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
Pidato Prabowo di Rapimnas Gerindra, Indonesia Arena, Sabtu (31/8) Foto: Dok: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Prabowo di Rapimnas Gerindra, Indonesia Arena, Sabtu (31/8) Foto: Dok: Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden terpilih Prabowo Subianto yakin Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia di 2029. Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai ambisi Prabowo menilai ambisi Prabowo tersebut bisa tercapai.
ADVERTISEMENT
Namun, hal itu tentu tidak mudah. Perlu strategi yang tepat untuk merealisasikannya. Apa yang harus dilakukan?
Myrdal memaparkan empat langkah utama yang harus dilakukan untuk mewujudkan ambisi tersebut. Pertama, meningkatkan anggaran dan mengalihkan dana untuk keperluan penanaman bibit unggul, subsidi pupuk, dan penyediaan lahan baru bagi pertanian.
Kedua, pemerintah perlu mengoptimalkan zona pertanian yang sudah ada melalui perbaikan kualitas pupuk, bibit, serta peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Ketiga, mendorong hilirisasi sektor pertanian untuk mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah untuk meningkatkan daya saing di pasar global.
“Terakhir, Indonesia perlu menjalin kerja sama dengan negara-negara yang memiliki produktivitas pertanian tinggi untuk transfer teknologi (untuk meningkatkan efisiensi dan hasil panen di dalam negeri),” tegas Myrdal kepada kumparan, Minggu (1/9).
ADVERTISEMENT

RI Masih Ketergantungan Impor

Sejumlah pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog, Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/5/2024). Foto: Yudi Manar / ANTARA FOTO
Di tengah ambisi Prabowo itu, ironisnya Indonesia masih ketergantungan impor pangan. Salah satunya beras yang merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat.
Perum Bulog menargetkan 1,2 juta ton beras impor akan tiba di Indonesia sebelum Desember 2024. Impor beras sebanyak 1,2 juta ton ini untuk menambal penurunan produksi beras sekaligus menjaga stabilitas stok dan harga beras di dalam negeri.
Bulog telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah untuk mengimpor 3,6 juta ton beras pada tahun ini. Hingga Juli 2024, tercatat sudah 2,4 juta ton, sehingga masih ada 1,2 juta ton kuota beras impor yang belum terealisasi.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya saat ini tengah menyelesaikan kontrak impor beras sekitar 300.000 ton.
ADVERTISEMENT
“Sehingga sisanya ada 900.000 ton lagi (yang belum terkontrak) dari total target 3,6 juta ton. Kami berharap semua bisa masuk sebelum Desember,” ujar Bayu dikutip dari Antara, Sabtu (31/8).
Menurutnya, beras impor tersebut akan dijadikan cadangan beras pemerintah (CBP), termasuk untuk beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) yang dijual Rp 12.500 per kilogram.