Prediksi Ahok, 10 Tahun Lagi Bisnis SPBU Akan Sepi

10 Februari 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: @basukibtp
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: @basukibtp
ADVERTISEMENT
Upaya transisi energi dari bisnis berbasis fosil menjadi energi baru dan terbarukan (EBT) mulai dikejar beberapa negara, termasuk Indonesia. Salah satu langkah mengurangi emisi karbon yaitu penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
ADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan, Pertamina dalam proses masuk ke bisnis model EV dengan memanfaatkan momentum transisi energi. Terutama dalam bisnis SPBU yang mungkin akan semakin tertinggal.
"Kita lihat ancaman dari 5 tahun sampai 10 tahun, kalau motor sudah ganti ke listrik tanpa (Pertamina) dikasih kredit dan bunga murah, saya kira SPBU sudah langsung kosong, karena yang paling banyak itu motor," kata Ahok dalam DBSI Spring Festival 2022, Kamis (10/2).
Ahok melihat perubahan gaya hidup masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik. Mereka biasanya mengisi baterai kendaraannya di rumah saja, sehingga tidak lagi bergantung kepada SPBU yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
"Belum lagi nanti ketemu teknologi baterai yang lebih murah, angkutan harian di perkampungan akan masuk ke EV, pengalaman teman-teman pengguna kendaraan listrik kalau ke luar kota mereka nge-charge di rumah saja," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pertamina, kata dia, berencana akan mengubah supply chain atau rantai pasok SPBU dan ritel milik Pertamina. Hal ini, menurut dia, tidak lepas dari peran perbankan dalam memberikan kredit atau stimulus bagi Pertamina.
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, saat berkunjung ke Wilayah Kerja Panas Bumi Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong, Sulawesi Utara. Foto: Pertamina Geothermal Energy
"Pertamina harus pikirkan ke depan ritel yang diandalkan mesti ada perubahan, kita mulai bangun logistik supply chain-nya, mulai bangun bagaimana kita kuasai ritel tidak hanya minyak, tapi juga produk lain seperti lubricants (pelumas). Ini pentingnya merger jaringan supply chain," jelas dia.
Menurut Ahok, saat ini makin sedikit pinjaman dari perbankan bagi perusahaan di sektor minyak dan gas (migas), seperti Pertamina. Penyebabnya karena bank yang sudah memfokuskan pendanaan untuk bisnis ramah lingkungan, padahal kebutuhan minyak di masa depan tidak akan ada habisnya.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya kita bisa berdebat, sampai 30-50 tahun di upstream minyak mentah masih akan diandalkan. Kita bicara tentang geothermal itu eksplorasi, gas lebih green. Tapi minyak mentah juga produk-produk kita banyak pakai petrokimia, toh masih di-recycle termasuk ke obat-obatan," imbuh Ahok.