Produk Alat Kesehatan RI Masih Didominasi Impor, Nilainya Capai Rp 40 T

24 Desember 2023 12:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat produk alat kesehatan Indonesia masih didominasi impor. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes hingga akhir semester I 2023, total transaksi alat kesehatan Nasional melalui e-katalog masih didominasi produk impor, yang mencapai 88 persen.
ADVERTISEMENT
Padahal, pasar alat kesehatan di Indonesia sangat potensial. Menurut data Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) pasar alat kesehatan Indonesia tahun 2020 sebesar Rp 49,7 triliun setara dengan 0,7 persen pasar alat kesehatan global.
Namun, neraca perdagangan alat kesehatan dalam negeri masih mengalami defisit Rp 23,8 triliun, dengan nilai ekspor Rp 16,3 triliun dan impor sebesar Rp 40,1 triliun per November 2023.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mendorong ketahanan industri alat kesehatan di Indonesia. Salah satu perusahaan farmasi nasional, Dexa Group, membangun fasilitas industri alat kesehatan pertama melalui PT Deca Metric Medica.
Menurut Menkes, ada sepuluh alat kesehatan yang paling banyak digunakan di Indonesia berdasarkan data e-Katalog di 900 rumah sakit pemerintah. Lima terbanyak di antaranya yaitu alat suntik, infus set, sarung tangan, Iv Chateter, dan kasa atau pembalut luka. Menkes mengapresiasi PT Deca Metric Medica yang telah memproduksi pembalut luka.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meresmikan pabrik alat kesehatan (alkes) PT Deca Metric Medica (PT DMM) yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, pada Kamis (21/12/2023). Foto: Kemenkes
Ia juga menyebut volume penjualan wound dressing atau pembalut luka di Indonesia bisa mencapai Rp 300 miliar per tahun. Selain itu alat kesehatan ini juga merupakan barang habis pakai yang terus digunakan di fasilitas kesehatan.
"Saya yakin yang namanya wound dressing itu dipakai di seluruh dunia, kita bukakan ke UNICEF," ujar Menkes seperti dilansir laman Kemenkes, Minggu (24/12).
Ia menuturkan, produksi alat kesehatan dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan nasional juga bisa diekspor ke mancanegara. Pemerintah akan memfasilitasi produksi dalam negeri untuk terserap di pasar global.
"Agar lebih banyak produksi dalam negeri berkualitas yang operasionalnya bagus, sehingga kalau ada pandemi lagi kita siap. Kita bantu supaya masuk ke level internasional supaya mereka bisa punya selling power, economic scale yang lengkap," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pabrik fasilitas kesehatan PT Deca Metric Medica tersebut berdiri di atas lahan 6.000 meter persegi dan bangunan seluas 4.800 meter persegi, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menurunkan produk impor alat kesehatan Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk mendukung transformasi sistem ketahanan kesehatan dengan memberikan kontribusi maksimal dalam penyediaan alat kesehatan berkualitas untuk masyarakat,” kata Pimpinan Dexa Group, Ferry A. Soetikno.