Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Asosiasi Roll Former Indonesia (Arfi) atau Asosiasi Baja Ringan Indonesia mengakui produk-produk impor dari China khususnya baja ringan sudah mulai memasuki pasar dalam negeri sekitar kuartal II-III 2019.
ADVERTISEMENT
Executive Advisor Arfi Anggi Septiana mengungkapkan, mulai masuknya produk impor dari China membuat produksi baja ringan dalam negeri tertekan.
Saat ini, produksi baja ringan dalam negeri mencapai 960.000 ton per tahun. Adapun dalam sebulan produksinya mencapai 80.000 ton dengan utilisasi 60 persen.
"Tahun ini sudah 60 persen. Enggak sampai 70 makanya itu balik lagi masing-masing produk. Tahun lalu masih 70 masih oke," ujarnya kepada media saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (22/10).
Meski demikian, Anggi mengungkapkan, masuknya produk impor dari China belum sampai membuat perusahaan-perusahaan baja ringan di Indonesia setop produksi.
"Iya mulai (China) iya kalau kita itu ketamparnya penurunan utilitas tidak signifikan. Tapi balik lagi kalau tidak ada mitigasi kita ketonjok," tuturnya.
Oleh karena itu, Anggi berharap, di tahun ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) segera mengatur SNI wajib untuk produk baja ringan. Dengan demikian, produk dalam negeri memiliki daya saing dibanding produk impor.
ADVERTISEMENT
"Makanya itu kita kejar terus (SNI wajib) sangat berbahaya (produk impor) bom waktu kalau SNI (wajib) tidak segera diberlakukan, baja ringan ya itu bom waktu untuk industri baja ringan sendiri," jelasnya.