Produk Peti Mati Ramah Lingkungan Buatan RI Tembus Pasar AS-Eropa

16 Januari 2022 10:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspor peti mati ramah lingkungan. Foto: Kemenkeu
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor peti mati ramah lingkungan. Foto: Kemenkeu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produk UMKM Indonesia makin dilirik pasar global, seperti AS hingga Eropa. Salah satunya adalah produk peti mati ramah lingkungan atau green coffin.
ADVERTISEMENT
Peti mati tersebut dibuat dari bahan ramah lingkungan, mulai dari rotan, eceng gondok, mendong, rami, pelepah pisang, dan aneka bahan alam lain yang ramah lingkungan.
Kayu-kayu yang digunakan untuk rangka penguat peti tersebut sudah memiliki sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sebagai syarat untuk bisa ekspor ke pasar Eropa.


Corporate Secretary Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Chesna F. Anwar mengatakan, LPEI membantu pengrajin untuk bisa memasarkan produknya ke luar negeri. Hasilnya, jika dihitung rata-rata per bulan dengan ekspor sebanyak tiga kontainer senilai Rp450 juta, maka dalam setahun ekspornya dapat mencapai lebih dari Rp5 miliar.


"Sejak 2017 kami mendampingi para pengrajin melalui APIKRI, dan Alhamdulillah sejak 2019 para pengrajin sudah bisa mengekspor. Ekspor perdana ke Belanda di 2019 nilainya sekitar Rp150 juta, lalu disusul ekspor ke Amerika Serikat," kata Chesna dalam keterangan resmi, Minggu (15/1).
ADVERTISEMENT
Pemilik usaha Eco Green di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Purwanto mengungkapkan, produknya memiliki pasar tetap di Eropa dan AS.
Chesna menambahkan, LPEI berkomitmen membukakan pasar yang lebih luas bagi pengrajin, termasuk menyediakan permodalan untuk pengembangan usaha ini. Apalagi prospek bisnis ini terbilang menjanjikan dengan semakin meningkatnya permintaan produk ramah lingkungan di pasar luar negeri.


"LPEI memiliki mandat dari pemerintah untuk mendorong ekspor. Jadi, kami sangat serius membantu para pengrajin melalui asosiasi. Kami optimistis produk yang unik ini punya pasar yang sangat besar di luar negeri," jelas dia.
Salah satu pelaku usaha Eco Green di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Purwanto, mengungkapkan bahwa produknya memiliki pasar tetap di Eropa dan AS. Dia memulai bisnisnya tersebut pada 2002.
ADVERTISEMENT
"Permintaannya terus naik dari tahun ke tahun. Apalagi setelah kami mendapat pendampingan dan pembinaan, juga dibantu mencari pasar dan permodalan. Dari bisnis ini, kami bisa mempekerjakan kurang lebih 100 orang," kata Purwanto.


Ketua Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Indonesia (APIKRI) Kemiskidi menjelaskan, setidaknya tiga kontainer berisi 80 peti mati dikirim ke luar negeri setiap bulan, sehingga total yang terjual mencapai 240 buah peti.
Ekspor perdana ke Belanda di tahun 2019 nilainya sekitar Rp 150 juta, lalu disusul ekspor ke Amerika Serikat. Sekarang ini, jika dihitung rata-rata per bulan di ekspor 3 kontainer senilai Rp 450 juta, maka dalam setahun ekspornya mencapai lebih dari Rp 5 miliar.
Tidak hanya produksi peti buatan Purwanto, APIKRI juga menampung produk sejenis buatan produsen dari tiga klaster usaha di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan Kulon Progo.


ADVERTISEMENT
"Yang lebih menggembirakan, pekerja langsung yang terserap dari bisnis ini ikut meningkat. Yang ikut menikmati manisnya bisnis peti ini sangat banyak, mulai dari pengumpul eceng gondok, pelepah pisang, sampai dengan tukang pembuatnya," tambahnya.