Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Produksi Beras RI Tak Menentu, Langkah Ekspor Dinilai Gegabah
27 April 2025 18:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto membuka kemungkinan Indonesia untuk menjadi eksportir beras. Pengamat pertanian Khudori melihat situasi saat ini masih terbilang gegabah jika Indonesia memutuskan untuk menjadi eksportir beras.
ADVERTISEMENT
“Situasinya masih amat riskan kalau Indonesia gegabah mengekspor beras ke Malaysia atau negara lainnya,” kata Khudori kepada kumparan, Sabtu (26/4).
Indonesia masih menghadapi masalah produktivitas. Menurut dia, surplus produksi berkemungkinan hanya akan terjadi di puncak panen raya saja yaitu berkisar antara Januari-April.
Sementara produksi beras Agustus dan seterusnya diperkirakan akan landai bahkan, menjelang akhir tahun produksi beras akan masuk pada posisi yang rendah. Sebab memasuki musim paceklik.
Dengan demikian Khudori memandang surplus produksi saat ini penting untuk menutup kebutuhan pada saat produksi rendah saat paceklik.
Selain itu menurut Khudori pemerintah juga harus lebih hati-hati menghitung produksi beras dianggap surplus atau tidak. Sebab harus menghitung produksi beras setahun penuh.
"Tidak bisa parsial hanya di musim panen raya, yang biasanya terjadi di Februari-Mei dengan porsi produksi 60-65 persen dari produksi setahun," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Terlebih jika dibandingkan dengan tahun lalu, produksi tahun ini sangat wajar jika mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Khudori menyoroti iklim yang mulai bersahabat dan anggaran juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang mendukung pada tahun ini.
Dia melihat dampak yang ditimbulkan oleh bencana El Nino terhadap produksi beras tahun lalu cukup besar.
“Kementan (juga) difokuskan ke padi. Kebangeten dan terlalu jika produksi tidak naik. Jika pun naik, seberapa besar kenaikan itu? Apakah akan mungkin mengulang produksi beras tahun 2018 yang mencapai 33,94 juta ton? Dugaan saya sulit,” jelasnya.
Dia memproyeksi produksi beras tahun ini hanya akan mencapai angka 32 juta ton, sementara konsumsi 30,91 juta ton.
Indonesia harus mampu meningkatkan produktivitas terlebih dahulu, sebab menurut dia produksi saat ini baru cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
ADVERTISEMENT
“Sejauh ini produktivitas padi kita stagnan. Yang kedua meningkatkan indeks pertanaman. Yang terakhir ini hanya mungkin dilakukan jika ada ketersediaan air, pupuk, benih, modal kerja yang cukup, mudah diakses, dan terjangkau oleh petani dari sisi harga,” tuturnya.
Terlebih Indonesia juga menghadapi permasalahan harga jual. Khudori mengungkap sudah berpuluh-puluh tahun harga beras Indonesia tidak pernah lebih murah dari harga di pasar dunia.
Ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, memandang pernyataan Prabowo soal ekspor beras harus ditanggapi dengan kehati-hatian. Meskipun dia juga tidak menampik pernyataan ini adalah merupakan angin segar bagi Indonesia yang biasanya merupakan importir beras.
Menurut dia ekspor beras ini akan menjadi peluang besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Dia mewanti-wanti sebelum mengekspor beras Indonesia harus memastikan kebutuhan nasional benar-benar tercukupi. Selain juga memastikan kestabilan jangka panjang, agar Indonesia tidak terjebak dalam krisis produksi beras saat musim paceklik tiba.
“Artinya, ekspor harus dilakukan dengan kontrol ketat, kuota terbatas, dan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri,” jelas Yusuf kepada kumparan, Sabtu (26/4).
Sebelumnya, Prabowo telah menginstruksikan untuk menjual beras ke berbagai negara alias ekspor. Meski demikian, dia tidak menyebutkan negara-negara mana saja yang bakal mengimpor beras dari Indonesia.