Produksi Padi RI Lemah, Bank Dunia Soroti Kecilnya Anggaran Pertanian

20 September 2024 8:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh tani menanam padi di area persawahan Tamarunang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/6/2022). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Buruh tani menanam padi di area persawahan Tamarunang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/6/2022). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertumbuhan produksi padi di Indonesia dinilai minim. Salah satunya karena anggaran pertanian yang terbatas, sehingga belanja yang dapat meningkatkan produksi komoditas ini tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Timor-Leste , Carolyn Turk, menuturkan rata-rata peningkatan produksi padi di Indonesia kurang dari 1 persen per tahun. Padahal, dia melihat Indonesia telah menggelontorkan banyak anggaran untuk pembelian pupuk, hanya saja pertumbuhan dianggap belum maksimal.
“Di Indonesia, hasil panen meningkat namun sangat lemah. Rata-rata meningkat kurang dari 1 persen per tahun. Terdapat pengeluaran yang besar untuk pupuk dan beberapa subsidi lainnya, namun hal tersebut tidak menghasilkan pertumbuhan produktivitas seperti yang kita harapkan,” kata Carolyn di acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9).
Dia menyoroti jatah anggaran untuk pertanian yang dinilai terbatas. Sehingga ketika pemerintah telah mengalokasikan banyak anggaran untuk pupuk, maka belanja kebutuhan pertanian yang lain harus lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
“Pada saat yang sama, tentu saja, anggaran di sektor pertanian terbatas. Lalu, pengeluaran yang begitu besar untuk satu elemen saja, yaitu pupuk, akan mengesampingkan pengeluaran untuk hal-hal yang mendorong pertumbuhan produktivitas di sektor pertanian. (Ini) kendala,” terang Carolyn.
World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste, Carolyn Turk di acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Hal-hal yang dikesampingkan demi mengedepankan pupuk ini bisa berupa investasi pemerintah dalam research and development di sektor pertanian. Padahal menurut dia, penelitian dan pengembangan bisa berdampak positif terhadap peningkatan produksi padi RI.
“Pengeluaran tersebut biasanya mempunyai keuntungan yang cukup tinggi dalam kaitannya dengan pertumbuhan produktivitas,” jelasnya.
Berdasarkan catatan BPS, pada 2018 produksi padi di Indonesia mencapai 59,20 juta ton, menjadi 54,60 juta ton pada 2019, kemudian 2020 menjadi 54,64 juta ton, dan 2021 sebanyak 54,41 juta ton.
ADVERTISEMENT
Pada 2022, produksi padi nasional mencapai 54,74 juta ton. Lalu pada 2023, produksi padi sebesar 53,98 juta ton GKG. Bila dikalkulasi, produksi padi nasional dari 2018 hingga 2023 berkurang lebih dari 5 juta ton, tepatnya 5,22 juta ton.
Dari sisi anggaran, Kementerian Pertanian (Kementan) mendapatkan jatah anggaran Rp 29,37 triliun TA 2025. Anggaran ini setelah mendapatkan restu penambahan sebesar Rp 21,49 triliun berdasarkan hasil keputusan rapat dengan Badan Anggaran DPR RI. Sebab, mulanya Kementan hanya mendapat jatah anggaran sebesar Rp 7,91 triliun.
Sejumlah pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog, Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/5/2024). Foto: Yudi Manar / ANTARA FOTO
Berdasarkan laman Kementan, tambahan anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung program quick wins lumbung pangan sebesar Rp 15 triliun. Program ini akan mencetak sawah seluas 150 ribu hektare dan intensifikasi seluas 80 ribu hektare.
ADVERTISEMENT
Lalu sebesar Rp 6,4 triliun akan digunakan untuk program non percepatan, terdiri dari Rp 4,33 triliun untuk peningkatan produksi padi dan jagung, dan Rp 2,13 triliun untuk peningkatan produksi padi dan susu.