Produksi Sawit RI Lesu, Sumbangan Devisa ke Negara Turun Jadi Rp 151 Juta

28 Agustus 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, mengungkapkan kinerja ekspor sawit dan turunannya melambat karena turunnya produksi. Hal ini berdampak pada kontribusi terhadap devisa negara yang ikut menurun menjadi USD 9,78 miliar atau sekitar Rp 151 juta (kurs Rp 15.465) per Mei 2024.
ADVERTISEMENT
"Hingga Mei 2024 kontribusi sawit terhadap devisa negara adalah USD 9,78 miliar atau di sini 10,01 persen dari ekspor kita nonmigas," kata Eddy dalam Press Tour Kontribusi Sawit untuk APBN, Rabu (28/8).
Secara rinci, Eddy menjelaskan kontribusi ekspor sawit pada 2020 senilai USD 22,7 miliar dan meningkat pada 2021 ke angka USD 34,9 miliar. Kemudian, pada 2022 kontribusi ekspor tembus USD 37,76 miliar. Di tahun 2023, kontribusi ekspor sawit kembali turun menjadi USD 29,54 miliar imbas penurunan harga komoditas.
Eddy mengaku dalam lima tahun terakhir produksi sawit mengalami stagnansi dan produktivitas kebun sawit tidak terlalu menggembirakan.
Tandan buah segar kelapa sawit. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
"Memang kita seharusnya sudah melakukan replanting, utamanya untuk sawit rakyat. Nah ini kita agak terlambat di sini yang peremajaan sawit rakyat. Sehingga produktivitas kita bukannya naik malah justru turun produktivitasnya, produksi kita stagnan," kata Eddy.
ADVERTISEMENT
Untuk produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada 2020 sebanyak 51,58 juta ton. Kemudian sedikit menurun pada 2022 menjadi 51,3 juta ton. Penurunan berlanjut pada 2022 dengan produksi mencapai 51,25 juta ton dan naik pada 2023 ke angka 54,84 juta ton.
“Hingga Mei 2024, perkebunan sawit di Indonesia telah berhasil memproduksi CPO dan PKO sebanyak 22,15 juta ton,” tutur Eddy.