news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Produksi Telur Indonesia Surplus di Tengah Fenomena Eggflation

25 Maret 2025 17:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Telur Ayam. Foto: Nuzul Azwir/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Telur Ayam. Foto: Nuzul Azwir/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di saat banyak negara mengalami fenomena eggflation yang menyebabkan lonjakan harga telur, Indonesia justru berada dalam kondisi yang berbeda. Produksi telur nasional tetap melimpah, harga stabil, dan pasokan terjaga.
ADVERTISEMENT
Fenomena eggflation telah mendorong kenaikan harga telur secara signifikan di berbagai negara, mempengaruhi produk olahan berbasis telur seperti kue kering dan makanan lainnya yang kini mencapai harga tertinggi dalam sejarah.
Mengutip Love Money pada Senin (24/3), lonjakan harga ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk wabah flu burung yang meningkatkan biaya produksi serta krisis pasokan di sejumlah negara. Di Swiss, misalnya, harga telur per kilogram kini menyentuh USD 6,85 atau sekitar Rp 113.534. Sementara itu, di Selandia Baru harga mencapai USD 6,22 atau Rp 103.063, di Singapura USD 3,24 atau Rp 53.687, di Amerika Serikat USD 4,11 atau Rp 68.103, di Prancis USD 4,08 atau Rp 67.606, dan di Australia USD 4,13 atau Rp 68.428.
ADVERTISEMENT
Namun, harga telur tetap stabil dengan stok yang terjaga, bahkan melimpah di Indonesia. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Moch. Arief Cahyono, menyatakan bahwa per 25 Maret 2025, harga telur ayam ras nasional berada di angka Rp 29.475 per kilogram. Sementara itu, di DKI Jakarta, harga telur lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni Rp 27.688 per kilogram.
“Seperti yang sudah disampaikan oleh Mentan Andi Amran Sulaiman, pemerintah terus menjaga stok dan harga komoditas pangan strategis, termasuk telur. Alhamdulillah, berkat kerja keras semua pihak, terutama petani dan peternak, pada Ramadan dan Lebaran kali ini, stok dan harga sembilan komoditas pangan strategis dalam kondisi aman, bahkan melimpah,” ungkap Arief berdasarkan keterangan tertulis, Selasa (25/3).
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (24/3/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Arief menjelaskan bahwa situasi peternakan di Indonesia berbeda dari negara lain karena neraca telur ayam nasional saat ini mengalami surplus. Berdasarkan proyeksi neraca pangan 2025 yang dihimpun Badan Pangan Nasional (Bapanas), produksi telur ayam ras diperkirakan mencapai 6,4 juta ton, sementara kebutuhan bulanan hanya sekitar 518 ribu ton. Dengan kondisi ini, Indonesia diproyeksikan akan tetap mengalami surplus telur.
ADVERTISEMENT
“Surplus ini menunjukkan kapasitas produksi yang kuat. Kami akan terus memastikan keseimbangan antara pasokan dan harga agar tidak merugikan peternak maupun konsumen,” ujar Arief.
Menariknya, negara-negara yang selama ini mengekspor grand parent stock (GPS) ayam ke Indonesia justru mengalami kekurangan pasokan dan lonjakan harga telur. Amerika Serikat, Prancis, serta beberapa negara Eropa yang menjadi pemasok utama GPS kini tengah berjuang menghadapi krisis pasokan akibat wabah penyakit unggas serta meningkatnya biaya produksi.
Arief mengatakan bahwa eggflation terjadi di negara-negara yang menjadi sumber impor GPS, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, termasuk Prancis. Kondisi yang kurang stabil di negara-negara tersebut menunjukkan bahwa industri peternakan ayam petelur secara global sedang menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Kementan memastikan ketersediaan bahan baku pakan tetap stabil. Upaya stabilisasi ini dilakukan melalui berbagai inisiatif, seperti pengembangan kawasan sentra jagung, optimalisasi distribusi pakan, serta pemanfaatan bahan baku alternatif. Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung nasional sebagai komponen utama pakan ternak menjadi salah satu faktor utama dalam menjaga kestabilan harga dan pasokan telur di dalam negeri.
“Ketersediaan pakan yang stabil dan terjangkau menjadi kunci utama keberhasilan industri perunggasan,” ujar Arief.
Penjual Telur Ayam. Foto: Alex Desanshe/Shutterstock
Surplus produksi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor telur ayam ke berbagai negara yang mengalami keterbatasan pasokan.
“Kekurangan stok di negara lain bisa menjadi peluang bagi kita untuk melakukan ekspor. Salah satu rencana ekspor adalah ke Amerika Serikat. Berdasarkan neraca komoditas, pemerintah siap mengirimkan 1,6 juta butir telur setiap bulan,” ungkap Arief.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan bahwa Kementan telah melakukan perhitungan matang agar ekspor tidak mengganggu ketersediaan telur di dalam negeri. “Kami selalu memeriksa neraca komoditas untuk memastikan keseimbangan pasokan,” tutupnya.