Produktivitas Kelapa Sawit RI Masih Kalah Dibanding Malaysia

28 Januari 2021 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
ADVERTISEMENT
Sektor kelapa sawit memiliki peranan besar terhadap PDB atau sebesar 3,5 persen. Kondisi ini membuat pemerintah berupaya untuk memaksimalkan produktivitas komoditas primadona ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Kebijakan APBN Kemenkeu, Ubaidi Socheh Hamidi menuturkan, produktivitas kelapa sawit di Indonesia memiliki tren positif. Meski demikian, masih terdapat sejumlah ketimpangan yang tinggi antardaerah.
"Terdapat gap yang cukup tinggi, misalnya antara Sumatera dan Jawa yang mencapai 26 persen," katanya dalam webinar Dampak Ekonomi Sawit bagi Daerah, Kamis (28/1).
Menurut paparannya, dalam lima tahun terakhir produktivitas Indonesia hampir dua kali lipat lebih rendah dibandingkan Malaysia.
"Nah, dalam lima tahun terakhir, produktivitas Indonesia itu lebih rendah dibandingkan Malaysia," tambahnya.
Potret udara semak belukar terbakar dan kebun sawit. Foto: Dok. Eyes on The Forest
Beberapa penyebab belum optimalnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia. Pertama, banyak lahan sawit yang belum matang. Belum lagi, perawatan dan penggunaan pupuk yang belum optimal.
"Serta dukungan pemerintah bagi petani plasma belum se-intens Malaysia," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data The United States Department of Agriculture (USDA) atau Kementerian Pertanian AS, Malaysia memiliki 5,3 juta hektare (ha) dengan produktivitas 3,96 ton per ha dalam setahun. Sementara Indonesia hanya memiliki produktivitas 2,70 ton per ha dalam tahun.
Menurutnya, pelaku usaha perkebunan sawit masih dapat meningkatkan produktivitas melalui lahan yang ada. Adapun beberapa strategi peningkatan produktivitas yang telah digelontorkan pemerintah antara lain peremajaan sawit, distribusi bibit unggul, pendampingan petani.
Termasuk peningkatan kelembagaan petani, dan percepatan sertifikasi ISPO dan RSPO. Sebanyak 70 persen petani rakyat ditargetkan mendapat sertifikat ISPO pada 2020.