Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
CEO Dyson, Hanno Kirner, mengatakan Dyson kini telah tumbuh dengan cepat. Seperti perusahaan skala global umumnya, penting bagi Dyson untuk melakukan peninjauan struktur global sebagai strategi menghadapi dinamika bisnis di masa depan.
"Karena itu, kami mengusulkan perubahan pada organisasi kami, yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja," kata Hanno.
Menurut dia, persaingan pasar global menurut dia kini semakin ketat dan kompetitif yang mengharuskan pelaku usaha untuk inovatif.
"Kami tahu bahwa kami selalu perlu menjadi wirausahawan dan tangkas, prinsip yang bukan hal baru bagi Dyson," tambah Hanno.
Dyson didirikan oleh James Dyson, penemu pembersih tanpa kantong, mempekerjakan 3.500 orang di Inggris, termasuk di pusat Research and Development (R&D) di Malmesbury, Inggris bagian barat.
ADVERTISEMENT
Selain pembersih siklonik revolusionernya, Dyson juga membuat pembersih udara, pengering rambut, dan peralatan lainnya.
Perusahaan mulai memindahkan produksi dari Malmesbury ke Malaysia pada tahun 2002, dan membuka pabrik di Singapura pada tahun 2013 untuk membuat motor digital.
Pada tahun 2019, perusahaan memindahkan kantor pusatnya ke Singapura. Tujuannya agar lebih dekat dengan lokasi manufaktur dan pasar Asia yang menyumbang sebagian besar penjualannya.
Langkah tersebut dinilai kontroversial mengingat dukungan James Dyson terhadap Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2016. Namun, mengeklaim keputusan tersebut tidak ada hubungannya dengan Brexit.
Dyson terus berinvestasi dalam sektor riset serta desain produk di Inggris, termasuk menggarap proyek kendaraan listrik hingga menanggalkan proyek ini pada 2019.