Produsen Katode Korea, EcoPro, Tawarkan Proyek Investasi ke Danantara

29 April 2025 13:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita hari ini bertemu dengan Chairman Federation of Korean Industries (FKI), Shin Dong Bin, di Kantor BPSDMI Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Dalam pertemuan ini, terungkap bahwa salah satu produsen katode asal Korea Selatan, EcoPro, menawarkan investasi ke Danantara.
ADVERTISEMENT
“Ada satu perusahaan yang akan memberikan proposal kepada Danantara, supaya Danantara bisa ikut serta dalam investasinya dan itu juga berkaitan dengan hilirisasi, perusahaannya berkaitan dengan nikel,” kata Agus usai bertemu Shin Dong Bin-Chairman Federation of Korean Industries (FKI) di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Tulodong, Jakarta Selatan, Selasa (29/4).
Di tempat yang sama, CEO EcoPro, Song Ho-joon, mengatakan EcoPro berencana memperluas bisnis tidak sebatas smelter, tapi juga akan memproduksi katode. Langkah ini dilakukan untuk membuktikan komitmen EcoPro dalam hilirisasi nikel.
Ilustrasi Pabrik di Korea Selatan. Foto: CJ Nattanai/Shutterstock
Selain itu, dia juga memastikan proyeknya di Indonesia ini 100 persen energi hijau dari tenaga surya dan laut. Untuk merealisasikan rencana perluasan bisnis ini, Song Ho-joon mengaku membutuhkan suntikan dana dari Danantara.
ADVERTISEMENT
“Pada kesempatan ini saya menyampaikan usulan jika ada dukungan langsung dari pemerintah misalnya pemberian intensif, kebijakan, penanaman modal langsung dari Danantara akan melancarkan proyek kami. Rencana kami menjadikan indonesia sebagai basis industri katode global,” jelas Song Ho-joon.
Sementara, saat ini EcoPro telah memiliki basis produksi di Morowali dan selama 2 tahun terakhir telah menggelontorkan modal sebesar USD 300 juta di Indonesia.
Menurut dia, Indonesia dipilih sebab memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Selain itu, nikel juga merupakan komoditas yang memiliki daya saing tinggi. “Kami melakukan investasi ke pabrik nikel smelter dan tidak punya tambang, pabriknya di Morowali,” jelasnya.
Komunikasi dengan Kemenperin diharapkannya bisa membantu menyukseskan proses investasi tahap dua ini sekaligus untuk meningkatkan daya saing produk Ecopro.
ADVERTISEMENT