Produsen Tekstil: Permintaan Pakaian Jadi untuk Lebaran 2023 Kembali Melambat

9 April 2023 13:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para buruh korban PHK membuat masker untuk penanganan virus corona, di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cilincing, Jakarta, Selasa (7/4). Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
zoom-in-whitePerbesar
Para buruh korban PHK membuat masker untuk penanganan virus corona, di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cilincing, Jakarta, Selasa (7/4). Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
ADVERTISEMENT
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSYFI) mengatakan, permintaan pasar untuk pakaian jadi pada momentum Ramadhan dan Lebaran tahun ini kembali melambat. Kondisi ini sudah terjadi sejak lima tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
"Dalam keadaan normal, peningkatan bisa 100 persen di kuartal yang ada momen Lebaran, tapi sudah 5 tahun terakhir ini peningkatan permintaan pada saat Lebaran terus turun," ujar Ketua Umum APSYFI Redma Wiraswasta saat dihubungi kumparan, Minggu (9/4).
Redma menyebut, khusus tahun ini permintaan pasar hanya naik 10 persen. Angka ini jauh dari keadaan normal Hari Raya yang permintaannya bisa meningkat hingga dua kali lipat atau 100 persen. Sehingga, kata Redma, industri serat dan benang filamen saat ini cukup mengkhawatirkan
"Tahun ini hanya naik 10 persen, kalau dihitung volume kenaikannya sekitar 35 ribu ton, dari normal 350 ribu ton," jelas dia.
Redma juga mengatakan, aktivitas pembelian pakaian bekas impor atau thrifting yang meningkat turut berimbas pada produksi pakaian lokal. Apalagi, produsen serat dan benang sangat bergantung pada produsen kain tekstil maupun pakaian jadi.
ADVERTISEMENT
"Baju second impor di Indonesia pada tahun 2018 ke belakang (perkembangannya) hanya 5-10 persen. Namun sejak 2020-2022 meningkat menjadi 30 persen secara year-on-year (yoy). Hal itulah yang mengakibatkan produk lokal jadi sulit bersaing di negeri sendiri," ungkapnya.