Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Profil Dewan Penasihat Danantara, Ray Dalio hingga Thaksin Shinawatra
24 Maret 2025 14:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani resmi mengumumkan jajaran direksi dan dewan penasihat BPI Danantara pada Senin (24/3), mulai dari mantan Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, Ray Dalio, hingga Thaksin Shinawatra.
ADVERTISEMENT
Perkenalan jajaran direksi dan dewan penasihat ini disampaikan oleh di Gedung Financial Hall, Jakarta Pusat. Terdapat lima dewan penasihat yang nantinya memiliki tugas masing-masing di Danantara. Berikut nama dan profil selengkapnya.
1. Ray Dalio
Mengutip Forbes, Ray merupakan adalah seorang investor Amerika Serikat yang dikenal sebagai pendiri Bridgewater Associates, salah satu perusahaan hedge fund terbesar di dunia, yang mengelola hingga USD 112 miliar.
Dalio mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan pada tahun 2017 dan pensiun sebagai co-CIO pada tahun 2022, menyelesaikan transisi yang mentransfer kendali mayoritas ke dewan direksi perusahaan hedge fund tersebut.
Dalio tumbuh di lingkungan kelas menengah di Long Island, Amerika Serikat (AS), dan mulai berkecimpung di pasar keuangan pada usia 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1975, setelah memperoleh gelar MBA dari Harvard Business School, ia meluncurkan Bridgewater dari apartemen dua kamar tidurnya di New York City. Dalio telah menyumbangkan lebih dari USD 1 miliar untuk kegiatan filantropi. Dalio Philanthropies miliknya telah mendukung keuangan mikro dan pendidikan publik.
2. Helman Sitohang
Helman merupakan seorang diaspora Indonesia yang menjabat sebagai CEO Credit Suisse Asia-Pasifik, dan merupakan orang Indonesia pertama yang menduduki posisi setinggi itu di bank investasi Swiss tersebut.
Dikutip dari Tatler Asia, Helman bergabung dengan bank Swiss tersebut pada tahun 1998 di puncak krisis keuangan Asia. Pada tahun 1999, Helman menjadi Country CEO untuk Credit Suisse di Indonesia, menduduki posisi tersebut hingga tahun 2010 ketika ia mulai mengambil lebih banyak tanggung jawab regional. Ia diangkat menjadi CEO Asia Pasifik pada tahun 2015.
Di bawah pengawasan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, lembaga keuangan tersebut dinobatkan sebagai Bank Investasi, Rumah Pembiayaan, dan Manajer Kekayaan Terbaik di Asia oleh Euromoney pada tahun 2017 dan 2018. Helman sendiri merupakan penerima Penghargaan Prestasi Luar Biasa dari FinanceAsia pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Bloomberg, Helman bergabung pada perusahaan investasi swasta yang berbasis di New York AS, Blackstone sebagai penasihat senior yang berkantor pusat di Singapura, mendukung bisnis firma tersebut di Asia Tenggara, terutama dalam ekuitas swasta.
Namun, Helman tetap menjabat sebagai ketua OCP Asia, penyedia kredit swasta untuk perusahaan kecil dan menengah di Asia Pasifik, sejak tahun lalu setelah akuisisi Credit Suisse oleh UBS Group AG.
3. Thaksin Shinawatra
Dikutip dari BBC, Thaksin yang lahir di Chiang Mai pada 1949 memulai kariernya sebagai petugas kepolisian. Pada 1973, ia menerima beasiswa pemerintah untuk melanjutkan studi S2 di bidang peradilan pidana di AS.
Kembali dari AS, ia banting setir menjadi pengusaha dan membangun kerajaan telekomunikasi yang sukses pada akhir 1980-an. Ia kemudian membentuk partai Thai Rak Thai pada 1998. Kemunculan partainya mengubah politik Thailand.
ADVERTISEMENT
Thaksin berhasil menjadi Perdana Menteri Thailand pada 2001 setelah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat. Pemilih yang berasal dari kalangan bawah menyukai tawarannya untuk perawatan medis murah dan keringanan utang.
Thaksin juga disukai pengusaha karena gaya kepemimpinan ala CEO dan kebijakan 'Thaksinomics' yang menciptakan ledakan baru di Thailand ketika krisis keuangan Asia dimulai pada akhir 1990-an. Tak hanya itu, Thaksin juga mendulang dukungan atas upayanya dalam penanganan bantuan bencana tsunami pada 2004 yang menghancurkan Thailand barat.
4. Jeffrey David Sachs
Jeffrey merupakan seorang ekonom dan analis kebijakan publik asal AS yang menjabat sebagai profesor di Universitas Columbia dan sebelumnya menjabat sebagai direktur The Earth Institute.
Dikutip dari laman resminya jeffsachs.org, Jeffrey lahir di Detroit, 5 November 1954. Ia menjabat sebagai Direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Columbia, tempat ia memegang pangkat Profesor Universitas, pangkat akademis tertinggi di universitas tersebut.
Jeffrey pernah menjabat sebagai Direktur Earth Institute di Universitas Columbia dari tahun 2002 hingga 2016. Ia adalah Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB, Wakil Ketua Dewan Insinyur untuk Transisi Energi, akademisi Akademi Kepausan Ilmu Sosial di Vatikan, Komisioner Komisi Pita Lebar PBB untuk Pembangunan, Profesor Kehormatan Terhormat Tan Sri Jeffrey Cheah di Universitas Sunway, dan Advokat SDG untuk Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
ADVERTISEMENT
Dari tahun 2001-18, Sachs menjabat sebagai Penasihat Khusus untuk Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan (2001-7), Ban Ki-moon (2008-16), dan António Guterres (2017-18).
Sebelum bergabung dengan Universitas Columbia, Sachs menghabiskan lebih dari dua puluh tahun sebagai profesor di Universitas Harvard, terakhir sebagai Profesor Perdagangan Internasional Galen L. Stone. Berasal dari Detroit, Michigan, Sachs menerima gelar BA, MA, dan Ph.D. di Harvard.
5. F Chapman Taylor
Chapman merupakan seorang Manajer Portofolio Ekuitas di Capital Group dengan pengalaman 33 tahun di industri investasi dan telah bekerja di Capital Group selama 29 tahun.
Berdasarkan laman Capital Group, Chapman memiliki 33 tahun pengalaman di industri investasi dan telah bekerja di Capital Group selama 29 tahun. Sebelum kariernya di Capital, ia menjabat sebagai direktur riset sekaligus analis investasi ekuitas yang meliput layanan telekomunikasi di Asia (kecuali Jepang) dan generalis untuk Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Sebelum bergabung dengan Capital, ia bekerja sebagai konsultan di SRI International dan Strategic Planning Associates, memberikan nasihat kepada perusahaan-perusahaan ASEAN, AS, dan Inggris tentang strategi bisnis. Ia meraih gelar MBA di bidang keuangan dan perencanaan strategis dari Wharton School, University of Pennsylvania, dan gelar sarjana di bidang fisika dan teologi dari Tulane University. Chapman berdomisili di Washington, DC