Profil IATA, Perusahaan Tambang Hary Tanoe yang Dapat Cadangan Baru

10 Mei 2022 7:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT MNC Energy Investment Tbk (IATA), perusahaan pertambangan milik Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo, menemukan cadangan 20,58 juta metrik ton (MT) dari salah satu Izin Usaha Pertambangan (IUP) IATA, PT Arthaco Prima Energy (APE).
ADVERTISEMENT
Dalam laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), IUP APE itu menemukan cadangan 20,58 juta MT dengan GAR 3.250 kg/kcal pada pengeboran Tahap 1 di lahan seluas 380 hektar (ha), dari total area cadangan saat ini 2.059 ha.
Sumber daya batu bara Tahap 1 mencapai 138,85 juta MT. Menggunakan harga batu bara HBA rata-rata dari tahun 2000 sampai dengan April 2022, kegiatan penambangan APE akan menghasilkan Net Present Value (NPV) sebesar USD 56,6 juta, dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 56,5 persen, Break Even Point (BEP) sebesar 5,2 juta MT dan Payback Period pada 1,87 tahun.
Dengan tambahan laporan KCMI ini, cadangan batu bara terbukti dari 9 IUP yang dimiliki oleh IATA naik menjadi 158,68 juta dari sebelumnya 138,1 juta MT. Temuan cadangan akan terus bertambah karena pengeboran Tahap 1 kurang dari 20 persen area IUP APE.
ADVERTISEMENT

Profil IATA

Sebelum menjadi perusahaan tambang batu bara, IATA merupakan perusahaan pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara dengan nama PT Indonesia Transport dan Infrastructure Tbk.
Hary Tanoe mengungkapkan, IATA dengan bisnisnya tersebut selalu merugi sejak 2008. IATA sebenarnya mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD 7,2 juta di September 2021 atau naik 15 persen dibanding USD 6,3 juta pada September 2020.
Hary Tanoe usai diperiksa di Kejaksaan Agung Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Akan tetapi, kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan berbagai beban usaha yang menghasilkan rugi bersih sebesar USD 4,7 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2021 atau naik 118 persen dibanding rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 2,1 juta.
Akhirnya Hary Tanoe memilih ekspansi bisnis ke tambang batu bara dengan mengubah nama IATA menjadi PT MNC Energy Investments Tbk. Selain itu, dia pun merasa sektor energi termasuk batu bara saat ini sedang moncer di tengah konflik Rusia dan Ukraina.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Hary Tanoe menuturkan Indonesia menjadi salah satu negara penghasil batu bara terbesar. Ekspor batu bara juga menjanjikan. Ia menganggap bisnis batu bara bakal terus bagus.
“Itulah kenapa diputuskan secara cepat untuk mengubah arah bisnis dari IATA yang tadinya air transport menjadi tentunya perusahaan batu bara. Jadi sangat rasional alasannya kenapa banting setir tujuan akhirnya ya menjadikan IATA perusahaan yang baik, solid, berkembang, dan baik untuk pemegang saham semua,” tutur Hary Tanoe, Kamis (10/2).

Ekspansi Bisnis Baru Hary Tanoesoedibjo

IATA telah mengakuisisi 85 persen saham perusahaan migas di Papua Barat, PT Suma Sarana. Selain itu, perseroan juga telah mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) yang memiliki 9 IUP di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, IATA akan terus berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektivitas di semua lini. Perseroan berencana untuk terjun di usaha kontraktor, logistik & transportasi, trading, dan lain sebagainya.
Gedung kantor MNC Bank. Foto: MNC Bank
"Hal-hal yang disebutkan di atas ditambah dengan rencana akuisisi Blok Semai III milik PT Suma Sarana, semakin memantapkan langkah Perseroan di sektor energi,” kata manajemen IATA dalam keterangan tertulis di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/4).
Selain IUP APE, IUP milik IATA lain yaitu PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal-South (BSPC-S), PT Putra Mandiri Coal (PUMCO), PT Primaraya Energi (PE), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), serta PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP) yang sama sekali belum dilakukan pengeboran.
ADVERTISEMENT