Program Biodiesel RI Salip Malaysia hingga Thailand

2 Agustus 2023 15:13 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM menargetkan konsumsi biodiesel dari minyak kelapa sawit bisa mencapai 13,15 juta kiloliter (KL) di tahun ini, seiring dengan penerapan program biodiesel 35 persen (B35).
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, ASEAN berkontribusi signifikan terhadap pasokan biofuel dunia. Indonesia sendiri memproduksi 174 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD).
Produksi ini, menurut dia, menjadikan Tanah Air sebagai negara penghasil biofuel terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Brasil. Di sisi lain, Thailand menghasilkan 52 ribu BOEPD.
"Negara anggota ASEAN telah mengakui potensi biofuel untuk dekarbonisasi sistem energi. Sampai saat ini, lima negara telah memberlakukan mandat pencampuran," ujarnya saat ASEAN Renewable Energy International Seminar, Rabu (2/8).
Mulai Februari 2023, Indonesia resmi meluncurkan B35 yang baru saja berlaku serentak pada 1 Agustus 2023. Program ini akan ditingkatkan menjadi B40 pada tahun 2030 dan pengembangan etanol 50 persen (E50) pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Malaysia baru memulai program pencampuran biodiesel di B20 dan E10, kemudian Thailand dengan B20 dan E85 dengan target mencapai 20-25 persen pangsa biofuel dari total permintaan energi pada tahun 2037.
"Filipina dengan B5 dan akan ditingkatkan menjadi B10 pada tahun 2040, dan E10 yang akan ditingkatkan menjadi E20 pada tahun 2040, serta Vietnam dengan B10 dan E10 untuk mencapai pangsa 25 persen dalam permintaan bahan bakar sektor transportasi pada tahun 2050," ungkapnya.
Arifin menuturkan, dalam kasus Indonesia, program pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia sudah dimulai pada tahun 2008 dengan menerapkan 2,5 persen pencampuran bahan bakar solar. Sejak saat itu, kecepatan pencampuran meningkat secara bertahap.
"Keberhasilan program biodiesel Indonesia didukung oleh kecukupan bahan baku, tersedianya insentif, standar kualitas yang tinggi, pengujian yang komprehensif sebelum implementasi, pemantauan dan evaluasi berkala serta sosialisasi yang masif untuk memastikan penerimaan pemangku kepentingan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Arifin menyebutkan, pada tahun 2022, realisasi penyaluran biodiesel di Indonesia mencapai 10,5 juta KL yang memberikan kontribusi sekitar 35 persen terhadap pangsa energi terbarukan yaitu 12,3 persen dari bauran energi nasional.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjawab pertanyaan wartawan di kantor Kementerian ESDM, Jumat (5/5/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Selain itu, lanjut dia, kontribusi biodiesel juga signifikan terhadap ekonomi dan lingkungan. Pada tahun 2022, pemerintah merealisasi penghematan devisa lebih dari USD 8 miliar, dan lebih dari 1,3 juta pekerja terlibat dalam industri biofuel.
Implementasi biofuel juga berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hampir 25 juta CO2e pada tahun 2022. "Tahun ini konsumsi biodiesel dalam negeri ditargetkan sebesar 13,15 juta KL dan nilai manfaat diperkirakan mencapai USD 11 miliar," pungkas Arifin.
Sebelumnya, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengungkapkan penerapan program biodiesel 35 persen (B35) baru dilakukan secara menyeluruh mulai 1 Agustus 2023 alias besok.
ADVERTISEMENT
Kepala Divisi Unit Penyaluran BPDPKS, Fajar Wahyudi, mengatakan campuran biodiesel naik menjadi 35 persen sebenarnya sudah dimulai 1 Februari 2023. Namun ada permintaan relaksasi dari badan usaha (BU) BBM supaya dilakukan bertahap hingga 1 Agustus 2023.
"Mungkin 1 Agustus besok kita akan full di 35 persen. Sejak 1 Februari itu sebetulnya beberapa sudah 35 persen, tapi ada beberapa terminal BU BBM yang masih B30 tapi mulai besok seluruhnya sudah B35," ujarnya saat dialog industri di Hotel Sultan Senayan, Senin (31/7).