Program Bioetanol Sulap Tebu jadi Energi, Berdampak pada Impor Gula RI?

17 September 2023 20:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petani gula. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani gula. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Program bioetanol tebu untuk ketahanan energi telah diluncurkan Presiden Jokowi sejak tahun 2022. Jokowi berharap program bioetanol ini dapat berjalan sesuai rencana, dimulai dari bioetanol 5 persen (E5) pada BBM, kemudian meningkat E10, E20, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sudah diterapkan etanol 5 persen dalam BBM dan rencananya mulai 2024 PT Pertamina (Persero) akan menaikkan kadar etanol menjadi 8 persen. Dengan kenaikan kebutuhan tebu untuk energi, apakah akan berdampak pada kebutuhan impor gula?
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) cKhudori menjelaskan, etanol didapatkan dari tetes tebu yang merupakan produk sampingan gula.
"Di masa lalu, tetes tebu dibuang-buang karena dianggap produk yang kurang bermanfaat. Karena ini produk samping, dia tidak akan berpengaruh langsung pada impor gula," kata Khudori kepada kumparan, Minggu (17/9).
Selama ini, tetes tebu dimanfaatkan sebagai bahan spirtus hingga bumbu masakan.
Presiden Jokowi kunjungan kerja ke Pabrik Bioetanol PT. Enero PTPN X Jalan Raya Gempolkerep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Jawa Timur pada Jumat (4/11/2022). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
"Mestinya program ini tidak akan memperbesar impor gula. Karena etanol dibuat dari tetes tebu, yang selama ini banyak digunakan untuk spirtus/alkohol atau bumbu masak (MSG)," pungkas kata Khudori.
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan pencapaian peningkatan bioetanol yang berasal dari tanaman tebu minimal 1,2 juta kilo liter paling lambat terwujud tahun 2030. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Khudori menjelaskan, target 1,2 juta kilo liter itu didasarkan asumsi semua tetes yang dihasilkan PTPN III (2,16 juta ton) dan swasta (2,79 juta ton) diproduksi jadi etanol. Hal ini justru yang akan menjadi tantangan bagi pemerintah.
"Padahal tetes produksi swasta, juga PTPN III selama ini sudah digunakan untuk bahan baku bumbu masak, alkohol, dan kosmetik. Bisa kah dipastikan semua tetes, terutama milik swasta, akan disetor untuk program Bahan Bakar Nabati dan diolah jadi etanol? Bagaimana jika tetes itu tidak mungkin digeser? Apa alternatif penggantinya?," pungkas Khudori.
ADVERTISEMENT