Program Makan Bergizi Gratis Ditarget Serap 6,5 Juta Pekerja Sektor Perikanan

17 September 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi KKP mengenai susu ikan di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (17/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi KKP mengenai susu ikan di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (17/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan program Makan Siang Bergizi dan Susu Gratis bisa menyerap 6,5 juta tenaga kerja di sektor perikanan.
ADVERTISEMENT
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo, menuturkan sebanyak 6,5 juta tenaga kerja tersebut dapat diserap oleh 1,3 juta lapangan usaha yang terbuka dengan adanya program ini.
“Kami berharap dengan semakin menguatnya produk hilirisasi pemanfaatan ikan yang selama ini memiliki nilai ekonomi yang rendah dan lain-lain, maka kami menargetkan 1,3 juta lapangan usaha terbuka dan dan 6,5 juta penerapan tenaga kerja,” tutur Budi dalam acara diskusi mengenai susu ikan secara virtual, Selasa (17/9).
Budi dijelaskan, sasaran dalam program Makan Siang Bergizi dan Susu Gratis adalah 22,3 juta balita, 7,7 juta anak usia Taman Kanak-Kanak, 28 juta anak usia Sekolah Dasar, 12,5 juta anak-anak usia SMP, juga ibu hamil.
ADVERTISEMENT
Selain itu, program ini juga berpotensi menciptakan perputaran ekonomi sektor perikanan hingga Rp 7,05 triliun per tahun dengan asumsi kebutuhan bahan baku 352 ribu ton per tahun.
“Nah ketika kita berbicara program makan siang bergizi gratis itu maka ketika satu minggu mungkin 100 gram ikan, dengan sekian jumlah target kami dapatkan data dari awal dari Kementerian Perekonomian, itu akan membutuhkan bahan baku ikan sekitar 352.000 ton dengan nilai perputaran ekonomi sekitar Rp 7,05 triliun,” jelas Budi.
Budi juga yakin program ini dapat membuat naik kelasnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pengolahan ikan. UMKM itu nantinya akan dilibatkan untuk pembuatan hidrolisat protein ikan (HPI) yang merupakan bahan dasar susu ikan.
ADVERTISEMENT
KKP dan Kemenkop UKM luncurkan susu ikan sebagai produk hilirisasi. Foto: Dok. KKP
“Bagaimana kita menciptakan suatu produk, melibatkan UMKM kita, untuk membangun sekian pabrik HPI di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan sumber bahan baku yang selama ini mungkin secara ekonomis dianggap rendah, untuk membuat hidrolisat protein susu ikan,” terang Budi.
Di sisi lain, keikutsertaan sektor perikanan dalam program Makan Siang Bergizi dan Susu Gratis ini diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting RI di bawah 14 persen.
Harapan lain dari hilirisasi produk perikanan dalam program Makan Siang Bergizi dan Susu Gratis ini juga dapat mengejar ketertinggalan Indonesia dalam konsumsi protein, dibandingkan dengan negara lain.
“Asupan masyarakat Indonesia yang selama ini 62,3 gram per kapita per hari dan program kita bersama bagaimana kita bisa membawa masyarakat mendapatkan asupan protein 100 gram per kapita per hari atau bahkan lebih,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Angka konsumsi protein Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia 159 per kapita per hari, Thailand 141 per kapita per hari, Filipina 193 per kapita per hari, lalu AS 267 per kapita per hari, dan Inggris 192 per kapita per hari. Meski tidak jauh dari konsumsi protein global sebanyak 68 gram per kapita per hari.
Budi memproyeksi, jika susu ikan dapat mensubstitusi 1 persen dari 4,1 juta ton kebutuhan susu nasional, maka multiplier impact yang akan timbul adalah lahirnya 6.150 lebih industri protein ikan, 7.199 industri susu ikan, 195.796 penyerapan lapangan kerja. Sebab nantinya akan ada 492.00 ton susu ikan yang diproduksi per tahunnya.
“Kalau kita bicara 1 persen implementasi dari kebutuhan susu, akan membuka 6.150 industri protein ikan dengan kapasitas 2 ton per bulan. Kemudian juga industri susu ikan penyerapan tenaga kerja untuk memenuhi 492 ribu ton susu ikan per tahun. Ini suatu kesempatan kekuatan nasional yg kita bisa bangun dan memanfaatkan sumber daya alam kita asli produk untuk meningkatkan asupan protein masyarakat,” terang Budi.
ADVERTISEMENT