Program Rice Cooker Gratis Dinilai Tak Signifikan Naikkan Konsumsi Listrik

2 Desember 2022 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rice cooker Foto: Dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rice cooker Foto: Dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana bagi-bagi rice cooker gratis kepada 680.000 keluarga penerima manfaat (KPM) melalui program Bantuan Penanak Nasi Listrik (BPNL) di tahun 2023, salah satu tujuannya untuk meningkatkan konsumsi listrik nasional.
ADVERTISEMENT
Program ini akan menyasar kepada pelanggan rumah tangga dengan daya listrik 450 dan 900 Volt Ampere (VA). Anggaran yang digelontorkan pemerintah yakni Rp 340 miliar, dengan harga paket rice cooker Rp 500.000 per KPM.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan program bagi-bagi rice cooker ini memang pada dasarnya bisa meningkatkan konsumsi listrik masyarakat, namun tidak signifikan.
Ekonom Faisal Basri (kiri), jurnalis dan pendiri Katadata Metta Dharmasaputra (kedua kiri), Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa (kanan) dalam diskusi di Katadata Insight Center, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2019). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
"Rice cooker bisa menaikkan konsumsi listrik tapi tidak akan besar seperti kompor induksi," kata Fabby saat dihubungi kumparan, Jumat (2/12).
Fabby menjelaskan, lazimnya penggunaan rice cooker mengkonsumsi 0,4-0,5 kilowatt per hour (kWh) per jam. Sehingga untuk satu kali memasak nasi selama 20-30 menit per hari, maka konsumsinya hanya 0,15-0,2 kWh per hari atau kira-kira 4-6 kWh per bulan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia menjelaskan, jika rice cooker dipakai oleh rumah tangga yang memasak nasi 2 kali sehari, maka rata-rata kenaikan konsumsi listrik menjadi 10 kWh per bulan.
"Dengan pembagian 680.000 rice cooker jika terpakai seluruhnya maka dapat menambah konsumsi listrik 6,8 GWh per tahun," ungkap Fabby.
Selain itu, dia juga menilai program ini positif untuk membantu masyarakat miskin memangkas penggunaan LPG dan memasak dengan lebih sehat karena menggunakan listrik.
"Bagi pemerintah penggunaan rice cooker bisa menekan konsumsi LPG 3 kg, serta subsidi LPG 3 kg, walaupun tidak terlalu besar untuk sekarang," pungkasnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari, mengatakan program ini bertujuan meningkatkan konsumsi listrik per kapita nasional.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengingat konsumsi listrik per kapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan rata-rata konsumsi listrik per kapita negara ASEAN.
Ida berkata, target konsumsi listrik per kapita di tahun 2022 seharusnya mencapai 1.268 kilowatt per hour (kwh) per kapita, namun hingga September 2022 atau kuartal III 2022, konsumsi listrik nasional masih 1.169 kwh per kapita.
Sementara itu, kata dia, rata-rata konsumsi listrik per kapita di negara ASEAN sudah mencapai 3672 kwh per kapita. Dengan begitu, menurut dia, Indonesia masih tertinggal jauh.
"Kita juga mendorong e-cooking penanakan nasi serba listrik sehingga diharapkan ke depannya menjadi salah satu cara meningkatkan konsumsi listrik per kapita," ujarnya di forum diskusi publik virtual, Jumat (25/11).
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM pun telah memproyeksi potensi manfaat program tersebut yaitu terjadi peningkatan konsumsi listrik 42,84 gigawatt per hour (GWh) atau setara dengan pembangkit 54,74 megawatt (MW).