news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Prospek Properti Setelah Pandemi: Rumah Subsidi Tetap Diminati

12 November 2020 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembangunan rumah subsidi di Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembangunan rumah subsidi di Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria
ADVERTISEMENT
Industri properti turut menjadi korban dari dampak pandemi COVID-19. Direktur Utama TMA Group Tuti Mugiastuti mengatakan pihaknya mengalami penurunan penjualan properti hingga 60 persen pada periode Maret hingga Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Tuti tetap optimistis bahwa industri properti akan menggeliat pada 2021 mendatang. Khususnya untuk segmen menengah ke bawah atau rumah subsidi.
Apapun kondisinya, rumah subsidi akan tetap diminati. Dan menjadi peluang bisnis yang menarik,” ujar Tuti dalam Webinar Outlook Properti and Banking 2021 Siasat Industri Menghalau Gempuran Corona, Kamis (12/11).
Apalagi rumah subsidi mendapat dukungan dari pemerintah yaitu berupa bantuan selisih suku bunga dan uang muka. Ditambah, hingga saat ini sekitar 80 persen masyarakat Indonesia memiliki pendapatan di bawah Rp 4 juta per bulan.
Sehingga rumah subsidi dianggap pilihan yang paling tepat karena terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. Selain itu kebutuhan rumah atau backlog di Indonesia juga tercatat masih tinggi yaitu sebesar 7,64 juta unit di 2020.
ADVERTISEMENT
“Belum ditambah lagi dengan mereka yang baru menikah pasti butuh rumah,” ujarnya.
Jokowi meninjau rumah tapak murah di Cikarang. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Tidak hanya untuk segmen menengah ke bawah, kebutuhan hunian untuk segmen menengah juga dinilai Tuti masih sangat tinggi. Apalagi menurutnya segmen ini cenderung tidak terdampak pandemi cukup dalam.
“Segmen menengah ini enggak terkena dampak pandemi. Misalnya kalangan profesional, Youtuber, freelance. Rumah harga Rp 400-600 jutaan masih sangat menarik,” ujarnya.
Kisaran harga tersebut menurut Tuti sudah bisa mengakomodasi kebutuhan lifestyle mereka.
“Tantangannya tentu kita harus memberikan produk yang terbaik. Ditambah lokasinya harus sekitar kawasan industri karena di situlah masyarakat dengan penghasilan Rp 4 juta. Selain itu kepastian akan mudahnya proses dari bank dan juga proses pembayarannya menjadi penentu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT