Proyeksi Ekonomi RI Kuartal III 2022, Masih Aman dari Ancaman Resesi?

6 November 2022 8:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Sejumlah ekonom hingga petinggi negara memproyeksi ekonomi Indonesia di kuartal III masih mengalami pertumbuhan di tengah ancaman resesi global.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus meningkat. Bahkan, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6 persen pada kuartal III 2022.
"Perkiraan saya ekonomi tumbuh di kuartal III 5,4 persen hingga 6 persen," ujar Jokowi saat UOB Economic Outlook 2023: Emerging Stronger in Unity and Sustainably, Kamis (29/9).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 bisa melampaui angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 yakni 5,44 persen.
Airlangga menjelaskan, saat ini Indonesia memasuki periode pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi COVID-19. Selain itu, presidensi G20 juga menjadi momentum pemulihan.
"Pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal sudah di atas lima persen dan terakhir 5,44 persen, dan diperkirakan di kuartal III pertumbuhan hampir sama atau sedikit di atas 5,44 persen," kata Airlangga saat Rapat Kerja Nasional Kebijakan Satu Peta, Selasa (4/10).
ADVERTISEMENT
Senada, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu juga optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal III melampaui pertumbuhan ekonomi di kuartal II 5,44 persen.
“Di kuartal III melihat peluang masih lebih kuat lagi. Angka kami terakhir 5,7 persen. Nanti semoga ini tercermin dari angka yang diumumkan BPS (Badan Pusat Statistik) nanti,” tutur Febrio dalam Bincang APBN 2023, Jumat (28/10).
Optimisme juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Perry merasa pertumbuhan ekonomi di kuartal III hingga akhir tahun 2022 masih kuat dan di atas target yang ditetapkan BI.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan bias ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5 persen-5,3 persen," ujar Perry.
ADVERTISEMENT
Proyeksi Ekonom soal Ekonomi RI di Kuartal III 2022
Sejumlah ekonom juga meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 masih dalam tren baik. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI (LPEM FEB UI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2022 mencapai kisaran 5,77 persen sampai 5,85 persen year to year (yoy).
"Kami memprediksi PDB Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,77 persen hingga 5,85 persen yoy di triwulan III 2022 dan tumbuh 5,35 persen untuk keseluruhan tahun 2022," kata Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky.
Ekonom Bank UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, menuturkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 sampai 6 persen yang disebut Presiden cukup realistis. Meski begitu, ia mengungkapkan perhitungan UOB terhadap pertumbuhan ekonomi tidak mencapai 6 persen.
ADVERTISEMENT
“(Prediksi pertumbuhan ekonomi) kita tidak setinggi 6 persen, karena investasi masih mengalir, konsumsi rumah tangga masih jalan. Makanya, kalau menurut kita 5,4 persen itu sangat mungkin diraih,” tutur Enrico.
Sedangkan Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan, mengatakan berdasarkan hasil riset tim ekonom Bank Mandiri, indikator awal (leading indicators) ekonomi domestik di sepanjang kuartal III 2022, seperti Retail Sales Index, Purchasing Manager Index, serta Mandiri Spending Index (MSI) masih menunjukkan kinerja positif.
“Dengan kondisi tersebut, kami masih meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2022 ini akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di kuartal sebelumnya,” ujar Panji dalam Mandiri Economic Outlook kuartal III 2022, Selasa (4/10).
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 menjadi 5,0 persen. Revisi ini merupakan ketiga kalinya terjadi, dari proyeksi edisi April sebesar 5,9 persen dan Juli sebesar 5,2 persen.
ADVERTISEMENT
Untuk tahun ini, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen atau tidak berubah dari proyeksi sebelumnya. IMF tak menjelaskan secara spesifik alasan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Seorang pria menggunakn masker melintasi deretan toko yang tutup di Pasar Baru, Jakarta, Rabu (1/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Meski begitu, lembaga keuangan tersebut menganggap kebijakan fiskal dan moneter Indonesia dinilai masih cukup baik untuk merespons tantangan global, bahkan lebih baik dari China yang diprediksi pertumbuhan ekonominya hanya 2,8 persen pada periode tersebut.
"Asumsi kebijakan moneter Indonesia sejalan dengan inflasi dalam target bank sentral dalam jangka menengah. Untuk fiskal, proyeksi IMF didasarkan pada kebijakan pajak yang moderat dan reformasi administrasi, beberapa realisasi belanja dan peningkatan bertahap belanja modal, sejalan dengan ruang fiskal," tulis laporan tersebut.
Sedangkan Bank Dunia masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini dan tahun depan. Ekonomi RI diprediksi tumbuh 5,1 persen di tahun ini, juga di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laporan Bank Dunia mengenai proyeksi ekonomi untuk Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2022, Selasa (27/9), angka proyeksi tersebut tetap sama seperti proyeksi Bank Dunia edisi April maupun Juni 2022.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, menjelaskan faktor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia datang dari pemulihan daya beli masyarakat hingga kinerja investasi.
Tak hanya itu, kebijakan ekonomi makro Indonesia dinilai sangat kuat dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tak bergantung pada permintaan ekspor.
"Pertumbuhan yang melambat di China berdampak negatif pada ekspor negara-negara ke China. Tetapi Indonesia tidak terlalu bergantung pada permintaan ekspor dibandingkan negara lain seperti Vietnam dan Malaysia," jelas Aaditya Mattoo.
ADVERTISEMENT