Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menarik rem darurat dengan memperketat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), disinyalir membuat pemulihan ekonomi kian sulit.
ADVERTISEMENT
Kebijakan tersebut, menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia, Alphonsus Widjaja, juga berdampak pada makin lengangnya mal atau pusat perbelanjaan.
Terlebih lagi saat ini, PSBB yang dijalankan Anies kembali diperpanjang hingga 10 Oktober 2020. Sehingga, kata Alphon, pengunjung mal saat ini hanya berkisar antara 10 persen.
"Di masa PSBB diperketat, trafik kunjungan tersisa 10 sampai 20 persen. Ini adalah sisa 50 persen kapasitas saat PSBB transisi yang mencapai 30-40 persen," ujar Alphon dalam virtual conference, Senin (28/9).
Menurut Alphon, penurunan pengunjung yang cukup tinggi itu terjadi lantaran adanya larangan untuk makan di tempat. Sementara keberadaan kafe merupakan daya tarik utama di mal .
Apalagi, lanjutnya, tidak semua kafe bisa menerapkan sistem pesan antar. Sehingga sebagian kafe lebih memilih tutup daripada harus menambal biaya operasional.
ADVERTISEMENT
"Tidak semua produk restoran dan cafe bisa dilayani take away dan delivery, jadi akhirnya teman-teman sektor FnB memilih menutup sementara, kalau dipaksakan pun biaya penjualan tidak bisa menutupi biaya operasional," ujarnya.
"Ini yang sekarang cukup mengkhawatirkan. Sebagian mereka terpaksa karyawannya dirumahkan, karena teman-teman FnB memilih menutup sementara," sambung Alphon.