Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
PT Bintang Angkasa Berjaya Bangun Pembangkit Listrik EBT di Papua
1 Maret 2018 15:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Perusahaan nasional PT Bintang Angkasa Berjaya bekerja sama dengan A-Wing Group Jepang, untuk pengembangan listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) di Papua. Dalam kerja sama itu, A-Wing menanamkan modal awal sebesar Rp 300 miliar.
ADVERTISEMENT
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut, dilakukan oleh Chairman A-Wing Group, Hirohide Nakamura dengan Direktur Utama PT Bintang Angkasa Berjaya, Fikar Rizky Mohamad. Kerja sama ini juga melibatkan PT Syarfi Teknologi Finansial, perusahaan layanan berbasis syariah.
Presiden Direktur A-Wing Group Indonesia, Ananda Setiyo Ivvanto, yang hadir dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut menyatakan, pembangunan pembangkit listrik EBTK itu untuk menerangi 2.500 desa di Papua. “Setiap desa dibangun satu pembangkit yang berasal dari biomassa, limbah organik yang ada di desa setempat,” ujar Ivvanto seperti dikutip dari pernyataan tertulis yang diterima kumparan (kumparan.com), Kamis (1/3).
Dari kerja sama ini, juga akan dikembangkan pembangkit listrik dari energi surya, energi air, dan angin. “Saya percaya dengan segera kita dapat meujudkan impian ini,” ujar Nakamura.

Adapun desa-desa yang akan menjadi garapan investasi kelistrikan ini, tersebar di Papua Barat. Yakni di Kabupaten Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Manokwari, Sorong Selatan, Sorong, Tambrauw, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Fikar menilai kerja sama investasi ini tidak saja bermanfaat bagi kedua pihak, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. “Itu merupakan pemulaan yang Insya Allah bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang,” ujarnya.
Dalam hitungannya, untuk setiap desa diperlukan 1 pembangkit listrik dengan kapasitas 500 kw. Untuk itu diperlukan investasi USD 1,5 juta. Sehingga keseluruhan dana yang diperlukan untuk 2.500 desa adalah USD 3,75 miliar.