PT PPA Siap Rawat Waskita Karya, tapi Butuh Modal dari Pemerintah

24 Juni 2024 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tol Pemalang-Batang milik PT Pemalang Batang Tol Road (PTBR), anak perusahaan PT Waskita Toll Road. Foto: Waskita Toll Road
zoom-in-whitePerbesar
Tol Pemalang-Batang milik PT Pemalang Batang Tol Road (PTBR), anak perusahaan PT Waskita Toll Road. Foto: Waskita Toll Road
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PT PPA, M Teguh Wirahadikusumah mengatakan, pihaknya siap merawat salah satu BUMN sakit, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Namun dia mengakui untuk melakukan hal itu dibutuhkan dukungan berupa suntikan modal dari negara.
ADVERTISEMENT
"Dalam hal pendanaan kalau ada cerita, di PPA bahwa kalau PPA 100 persen restructuring house menangani BUMN-BUMN yang sakit, jadi potensi pendapatan terbatas. Sumber pendanaan dari mana? Mau enggak mau sangat tergantung dari pemerintah, karena dari pasar hampir tidak mungkin," kata Teguh dalam RDP Komisi VI DPR RI, Senin (24/6).
Saat ini PPA sedang menangani 14 BUMN sakit, mulai dari Persero Batam hingga Amarta Karya. Penanganan BUMN sakit tersebut ditarget selesai di tahun 2027 nanti.
"Apakah ke depan PPA setelah 14 selesai dikasih yang lain? Ini perlu didiskusikan dengan pemegang saham, baik Danareksa atau Kementerian," kata Teguh.
"Kalau PPA dikasih Waskita sanggup enggak? (Pertimbangannya) bukan cuma kompetensi, tapi kapasitas pendananya juga. Kompetensi mungkin bisa disiasati, tapi kapasitas pendanaan itu saya rasa harus dibicarakan di muka dengan pemegang saham dalam hal ini Danareksa dan pemerintah," sambung dia.
Direksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk dalam Public Expose 2023. Foto: Waskita Karya
Pasalnya PPA harus tegas mengambil keputusan apakah BUMN yang dirawat harus disehatkan atau dibubarkan. Adapun selain 14 BUMN sedang sakit itu, sebanyak delapan BUMN diputuskan untuk dibubarkan, yang di antaranya seperti Merpati Nusantara Airlines hingga PT Industri Gelas.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu kita butuh dana berapa? Makannya harus kita bicarakan antara pemerintah dan Danareksa," kata Teguh.
Sementara Dirut PT Danareksa, Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, memang ada ruang PPA bisa menambah kapasitas menerima pasien BUMN lainnya. Sebagai induk dari PPA, Danareksa bertanggung jawab atas kemampuan finansial PPA merawat BUMN-BUMN yang sakit.
"Tentu tadi, harus ada penguatan modal bisnis dan penguatan optimalisasi keuangan. Memang perlu didukung untuk bisa menjalankan mandat. Kedudukan Danareksa adalah memastikan kapasitas dan keuangan PPA itu ada. Makannya beban strategi dan optimalisasi keuangan ada di Danareksa. Jadi PPA fokus saja," kata Yadi.
Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi. Foto: Dok. Danareksa
Adapun total utang atau liabilitas Waskita Karya yang tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2022 menembus Rp 83,98 triliun, turun 4,71 persen yoy dari Rp 88,14 triliun di tahun 2021. Total utang terdiri liabilitas jangka pendek senilai Rp 21,45 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp 62,53 triliun. Segmen utang bank jangka panjang pihak berelasi menyumbang liabilitas terbesar senilai Rp 27,74 triliun dan pihak ketiga senilai Rp 18,72 triliun.
ADVERTISEMENT
Dalam proses restrukturisasi Waskita Karya, Perseroan baru-baru ini sudah mengantongi persetujuan dari 21 perbankan dan persetujuan atas tiga seri obligasi non-penjaminan. Perseroan menargetkan restrukturisasi dapat efektif di semester I tahun 2024.
"Kami terus berkomitmen untuk melaksanakan strategi ini dengan fokus yang kuat pada peningkatan kinerja keuangan dan operasional," kata Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho dalam keterangannya, Selasa (28/5).