Puan Berharap Setengah dari Investasi Raksasa China Bisa Masuk ke RI

29 November 2017 13:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puan Maharani bersama Wakil PM China Liu Yandong (Foto: Dok.Humas Kemenko PMK)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani bersama Wakil PM China Liu Yandong (Foto: Dok.Humas Kemenko PMK)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo siang ini menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri China, Liu Yandong. Jokowi menerima Yandong di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/11).
ADVERTISEMENT
Salah satu menteri yang ikut mendampingi Jokowi adalah Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Dia menjelaskan pertemuan Jokowi dan Yandong menghasilkan enam kesepakatan.
"Melaporkan ada enam kesepakatan Indonesia-Tiongkok yang sudah disepakati. Yang berupa kesejahteraan sosial, pemuda, kesehatan dan lainnya," kata Puan Maharani.
Puan Maharani bersama Wakil PM China Liu Yandong (Foto: Dok.Humas Kemenko PMK)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani bersama Wakil PM China Liu Yandong (Foto: Dok.Humas Kemenko PMK)
Selain itu, Jokowi dan Yandong juga membahas mengenai keinginan China untuk lebih banyak berinvestasi di Indonesia. Menurut Puan, China siap menggelontorkan dana sekitar 750 miliar dolar AS atau sekitar Rp 10.125 triliun (kurs Rp 13.500) untuk berinvestasi di banyak negara dalam 5 tahun ke depan. Puan berharap, setengah dari jumlah investasi raksasa tersebut masuk ke Indonesia.
"Kita harap China bisa memberikan investasi yang lebih baik di tahun 2018. Karena memang China akan menginvestasikan 750 miliar dolar AS dalam 5 tahun. Karena itu, sebagian bisa masuk ke Indonesia," kata Puan.
ADVERTISEMENT
Saat bertemu Yandong, Jokowi didampingi oleh beberapa Menteri Kabinet Kerja. Misalnya Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menko PMK Puan Maharani, dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Sedangkan Yandong didampingi Menteri Pendidikan China Chen Bauseng, Menteri Kesehatan China Li Bin, Menteri Sains dan Teknologi China Wang Zhigang, dan Deputi Jenderal Negara China, Jiang Xiaojuan.