Punya 3 Cadangan Jumbo, RI Bakal Sumbang 10 Persen Produksi Tembaga Dunia

8 Oktober 2024 20:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Freeport (ilustrasi) Foto: Reuters/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Freeport (ilustrasi) Foto: Reuters/Stringer
ADVERTISEMENT
Indonesian Mining Association (IMA) mengungkapkan ada 3 cadangan tembaga besar yang bisa menjadikan Indonesia memiliki 10 persen produksi konsentrat tembaga dunia, sekaligus produsen katoda tembaga kedua terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum IMA, Rachmat Makassau, mengatakan saat ini Indonesia berkontribusi sekitar 3-5 persen dari total produksi konsentrat tembaga di seluruh dunia.
Rachmat mengungkapkan, dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, bakal ada 3 perusahaan pertambangan tembaga yang akan beroperasi. Dengan begitu, porsi produksi tembaga Indonesia naik menjadi 10 persen.
"Indonesia kemungkinan bisa punya share 10 persen, artinya pemanfaatan komoditas tembaga terutama sangat penting buat Indonesia. Indonesia punya peran kuat di 2030 ke atas terutama dengan kondisi produksi tembaga di dunia yang turun," kata Rachmat saat BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10).
Rachmat melanjutkan, ada 3 cadangan tembaga jumbo yang saat ini dalam tahap eksplorasi. Pertama, proyek tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, milik PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
ADVERTISEMENT
Kemudian, eksplorasi PT Sumbawa Timur Mining yang berlokasi di Nusa Tengga Barat (NTB), dan terakhir PT Gorontalo Minerals yang 80 persen sahamnya dimiliki PT Bumi Resources Minerals Tbk (BUMI).
"Mereka belum beroperasi tapi mereka sedang dalam tahap final stage untuk masuk ke tahapan eksplorasi. Kalau ketiganya beroperasi dalam rentang berapa tahun yang akan datang, ini akan menambah produksi Indonesia," ungkap Rachmat.
Rachmat mengungkapkan ketiga perusahaan itu setidaknya bisa meningkatkan produksi katoda tembaga Indonesia sebesar 2 juta ton per tahun. Hanya saja, kemungkinan produksi itu tidak bisa diserap sepenuhnya di dalam negeri.
Adapun saat ini fasilitas pengolahan mineral alias smelter katoda tembaga di Indonesia yang sudah berproduksi baru 2 perusahaan, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
ADVERTISEMENT
"Meskipun kita produksi katoda tembaga 1,3 juta ton, kalau yang ini beroperasi mungkin sampai 2 juta ton, serapan dalam negeri masih 250 ribu ton katoda tembaga, jadi sangat kecil," tegas Presiden Direktur AMNT itu.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, saat peresmian operasi Smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. Foto: Dok: Tangkapan layar YouTube Freeport Indonesia
Sementara itu, Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, menambahkan Indonesia merupakan produsen katoda tembaga terbesar kelima di dunia.
Tony memaparkan saat ini produsen katoda tembaga terbesar di dunia adalah China dengan 12 juta ton per tahun. Namun, sebagian besar konsentrat tembaganya masih dipasok dari luar negeri.
Negara terbesar kedua di dunia adalah Chile dengan produksi katoda tembaga 2 juta ton per tahun, kemudian ketiga adalah Kongo dengan produksi 1,9 juta ton per tahun dari konsentrat dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah Jepang dengan produksi katoda tembaga 1,5 juta ton per tahun, kemudian urutan kelima adalah Indonesia dengan produksi 1,3 juta ton per tahun yang diproduksi dari smelter PTFI dan AMNT.
"Kami Freeport dan Amman saja bisa membuat Indonesia jadi kelima terbesar di dunia. Coba bayangkan kalau seandainya Sumbawa Timur Mining beroperasi, Merdeka Copper and Gold beroperasi, kita bisa kedua terbesar dengan konsentrat dari dalam negeri," tutur Tony.