Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
PT Pupuk Kaltim mulai membidik bisnis di luar pupuk urea dan amonia. Anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) ini bakal masuk ke produksi oleochemical atau oleokimia yang berasal dari minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi mengatakan, produksi oleokimia akan dimulai karena perusahaan sudah memiliki kebun kelapa sawit yang sejauh ini hanya menghasilkan CPO saja. Luas lahan sawit perusahan mencapai 7.400 hektare.
"Bocoran ke depan kita ingin arah produk kimia dari renewable energy dan yang kita pilih adalah produk oleochemical dari kelapa sawit," kata dia dalam diskusi Strategi Pupuk Kaltim Pastikan Stok Pupuk Aman di Musim Tanam 2021, Minggu (21/3).
Rahmad mengatakan, keputusan perusahaan melirik bisnis ini karena potensi nilai tambahnya besar. Oleokimia menjadi bahan baku untuk pembuatan sejumlah produk turunan seperti kosmetik, sabun, hingga pakan ternak.
Selama ini, produk kelapa sawit sebagian besar hanya diekspor dalam bentuk CPO dan sebagian besar yang diekspor dalam bentuk oleokimia. Padahal, pengolahan oleokimia lebih banyak memberikan untung.
ADVERTISEMENT
"Skenarionya, kita akan perbesar volume bisnis dari sumber energi terbarukan ini. Kita mulai dari kecil, mungkin lima tahun ke depan barangkali dampak ke ebitda (keuangan) 10 persen. Tapi ini masa depan. Setelahnya, berharap ebitda kita bisa di-generate dari oleochemical," ujarnya.
Selain oleochemical, perusahaan juga akan masuk produksi soda ash atau abu soda di Bontang, Kalimantan Timur, tempat Pupuk Kaltim memproduksi pupuk. Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 300 ribu ton.
Menurutnya, produksi soda ash menguntungkan karena menjadi bahan dasar industri kaca hingga deterjen. Selain soda ash, Pupuk Kaltim juga akan melakukan perbaikan pabrik-pabrik tua (revamping) agar lebih efisien demi bisa mengejar laba lebih tinggi dan ebitda bisa dua kali lipat dari Rp 3,7 triliun menjadi Rp 9 triliun.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini target labanya naik menjadi Rp 1,9 triliun. Tahun lalu sekitar Rp 1,86 triliun," ucapnya.