Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Punya Ladang Minyak Sejak Abad 19, Bisnis Migas Balikpapan Beri Efek Ganda ke RI
23 Juni 2022 11:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak hanya pengeboran, di Balikpapan juga berdiri banyak kilang pengolahan minyak . Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut industri migas Balikpapan memiliki banyak dampak ganda bagi ekonomi nasional.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas , Erwin Suryadi, mengatakan Kota Balikpapan bisa menjadi inspirasi bagaimana sebuah kota dibangun dari aktivitas migas.
"Jika dirunut sejarahnya, Balikpapan berkembang sejak ditemukannya ladang minyak pada abad ke-19,” kata dia saat mengunjungi Sumur Minyak Mathilda, yang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (23/6).
Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan Pra Kegiatan Forum Kapasitas Nasional 2022 Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul). Mewakili SKK Migas, Erwin Suryadi datang ke Balikpapan bersama rombongan KKKS yang terlibat sebagai panitia Forum Kapasitas Nasional 2022, antara lain Koordinator Pelaksana Forum Kapasitas Nasional 2022, Fery Srajana (Petronas) dan Kenneth Gunawan (Medco Energy).
ADVERTISEMENT
Sumur Minyak Mathilda merupakan bekas pengeboran minyak pertama di kota Balikpapan, dan menjadi salah satu sumur minyak tertua di Indonesia. Sumur minyak ini pertama kali dibor oleh perusahaan minyak milik Belanda, pada 10 Februari 1897. Tanggal peristiwa pengeboran Sumur Minyak Mathilda kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan.
Setelah sumur minyak ditemukan, perusahaan minyak kolonial Belanda membangun pemukiman dan berbagai fasilitas untuk menunjang aktivitas pekerjanya di kawasan perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Dubs. Semua dibangun tertata, tanpa mengubah landscape dan kontur tanahnya. Inilah cikal-bakal Kota Balikpapan.
Menurut Erwin, berkembangnya kota Balikpapan sampai seperti saat ini memang tak lepas dari aktivitas migas berikut industri penunjangnya.
“Kita bisa lihat tumbuhnya sektor-sektor lain di sini, seperti perhotelan, pariwisata, kuliner, transportasi dan logistik, serta berbagai turunannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa industri hulu migas juga berperan membangun kultur masyarakat Balikpapan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Koordinator Pelaksana Forum Kapasitas Nasional Fery Sarjana menambahkan, kemajuan Kota Balikpapan tidak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah yang juga beradaptasi dengan tuntutan jaman. Sektor-sektor penujang tumbuh berkat berkembangnya kapabilitas dan kapasitas warganya. Sebagai contoh, kata Fery, ketika permintaan akan hotel meningkat, maka industri perhotelan tumbuh berikut segala aspeknya, seperti tenaga kerja di bidang perhotelan.
“Pekerjanya kan didominasi warga lokal yang beradaptasi mengembangkan kemampuan dan keterampilan di bidang perhotelan. Potensi seperti inilah yang kita upayakan untuk berkembang di tempat lain,” jelas Fery.
Balikpapan Jadi Tempat Tumbuhnya Medco
Balikpapan sebagai ‘kota minyak’ juga memberikan andil dalam tumbuh kembangnya operator migas dalam negeri. Sebutlah Medco, yang didirikan Arifin Panigoro tahun 80-an. Berkembangnya Medco Energi sebagai perusahaan operator eksplorasi dan produksi migas tak lepas dari adanya peluang di industri hulu migas Balikpapan.
ADVERTISEMENT
Vice President Supply Chain PT Medco Energi Internasional Kenneth Gunawan menjelaskan, Medco awalnya bergerak dalam usaha penyewaan rig, yang bernama Meta Epsi Drilling Company. Dua tahun pertama, Medco mengerjakan proyek dengan nilai kecil. Baru pada 1982, perusahaan ini mendapat kontrak pertama dengan nilai besar untuk ukuran perusahaan lokal saat itu.
“Tahun 1982, Medco mendapatkan kontrak pekerjaan besar dari Badak NGL yang beroperasi di Bontang, Kalimantan Timur. Itu adalah lapangan gas alam cair (LNG) pertama yang dioperasikan di Indonesia. Ini menjadi lompatan besar bagi Medco Energi,” katanya.
Dari sini, Medco kemudian banyak mendapatkan kontrak bernilai besar dari operator migas ternama seperti Total, Arco dan Pertamina.
“Tahun 1992 Medco berkembang menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi migas. Kami mengakuisisi kontrak eksplorasi dan produksi Tesoro Indonesia Petroleum Company di Kalimantan Timur. Kami mulai beroperasi di Lapangan Semboja, Tarakan, dan Sanga-sanga,” papar Kenneth.
ADVERTISEMENT
Pada 2008, Medco meninggalkan bisnis penyewaan rig, dan fokus sebagai perusahaan E&P (eksplorasi dan produksi) migas. “Harus diakui, Medco sebagai perusahaan dalam negeri banyak mengambil peluang dan manfaat dari Balikpapan sebagai ‘kota minyak’. Dari sinilah Medco Energi terus melebarkan sayap sampai memiliki wilayah operasi di banyak negara,” katanya.
Erwin Suryadi kembali menegaskan, kunjungan ke tempat peninggalan bersejarah di Balikpapan bisa dijadikan pelajaran dalam upaya meningkatkan dampak berganda industri hulu migas terhadap sektor-sektor penunjang, yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat luas.