Punya Potensi Ekspor Rotan Rp 130,3 M, Desa Trangsan Dinobatkan Jadi Desa Devisa

1 Maret 2023 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LPEI berkolaborasi bersama dengan Bea Cukai & PKN STAN melakukan kolaborasi Kemenkeu Satu bersama Kementerian Perdagangan dan Pemkab Sukoharjo meluncurkan program desa devisa Rotan Sukoharjo, Rabu (1/3/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
LPEI berkolaborasi bersama dengan Bea Cukai & PKN STAN melakukan kolaborasi Kemenkeu Satu bersama Kementerian Perdagangan dan Pemkab Sukoharjo meluncurkan program desa devisa Rotan Sukoharjo, Rabu (1/3/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Rotan Sukoharjo, Rabu (1/3). Program ini merupakan program LPEI bersama dengan Bea Cukai & PKN STAN yang melakukan kolaborasi Kemenkeu Satu bersama Kementerian Perdagangan dan Pemkab Sukoharjo.
ADVERTISEMENT
Head Branch of Surakarta Regional Office LPEI, Irwan Prasetiyawan mengatakan, program ini adalah pendampingan berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas.
“Jadi dengan program ini memberi kesempatan bagi wilayah yang punya produk unggulan berpotensi ekspor untuk selalu dikembangkan untuk peningkatan ekonomi bagi sosial dan lingkungan, yang tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan. bagi masyarakat di mana desa devisa itu dilaksanakan,” ungkap di Kantor Desa Trangsan, Rabu (1/3).
Head Branch of Surakarta Regional Office LPEI, Irwan Prasetiyawan. Foto: Sinar Utami/kumparan
Sebagai pilot project, pendampingan ini diberikan kepada 30 UKM Pengrajin Rotan yang berada di bawah naungan Koperasi KSU Trangsan Manunggal Jaya. Sehingga diharapkan melalui program desa devisa ini dapat menciptakan multiplier effect yang berkelanjutan khususnya di Desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Di mana, di desa ini terdapat 220 pengrajin dan 5.000 - 6.0000 tenaga kerja rotan dengan kapasitas produksi mampu mencapai 150 kontainer per bulan. Hasil produknya pun sudah tersebar (ekspor) ke Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Italia, Australia, dan timur tengah.
ADVERTISEMENT

Desa Trangsan Sumbang Devisa USD 5,7 Juta di 2021

Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono mengatakan, program devisa ini bisa menjadi batu loncatan Desa Trangsan untuk memaksimalkan potensi ekspornya.
Ia mencatat setidaknya dalam 3 tahun terakhir yakni periode 2019-2021 peningkatan ekspor Desa Trangsan mencapai 30 persen. Di mana, untuk 2019 devisa yang dihasilkan mencapai USD 3 juta atau senilai Rp 45,73 miliar (asumsi kurs Rp 15.244,5 per dolar AS).
Kemudian 2020 USD 5,4 juta atau Rp 82,32 miliar dan 2021 USD 5,7 juta atau tembus Rp 86,89 miliar.

Ekspor Rotan Sudah Mulai Bangkit

Kepala Desa Trangsan, Mujiman. Foto: Sinar Utami/kumparan
Kepala Desa Trangsan, Mujiman mengatakan, justru nilai ekspor tersebut masih jauh dari angka semula yang bisa mencapai USD 8,55 juta atau sekitar Rp 130,34 miliar per tahunnya. Ia mengaku ekspor sempat turun 50 persen imbas dari perang Rusia-Ukraina.
ADVERTISEMENT
“Tapi sejak tahun lalu di November sudah mulai bangkit lagi, sempet menurun karena perang. Tapi pas COVID-19 permintaan (ekspor) justru meningkat,” jelas dia.
Untuk itu ia berharap dengan program devisa dari LPEI bisa meningkatkan ekspor rotan Desa Trangsan bisa pulih seperti mula, bahkan lebih. Apalagi, dalam program desa devisa nantinya adanya pelatihan-pelatihan yang diperlukan para UMKM seperti masalah desain.
“Desain ini sangat diperlukan, agar para pengrajin UMKM ini tidak tergantung dengan permintaan pasar (buyer) saja, sehingga kita bisa bikin secara mandiri, sehingga peluang untuk ekspor bisa lebih ditingkatkan lagi,” kata Mujiman.

Hambatan Ekspor UMKM Rotan

Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya, Suparji. Foto: Sinar Utami/kumparan
Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya, Suparji menyampaikan, dari 30 UMKM yang dinaunginya saat ini baru 6 UMKM yang berorientasi ekspor. Ia menilai, ada beberapa hambatan yang dihadapi untuk menembus pasar global.
ADVERTISEMENT
Misalnya, kapasitas produksi yang masih kurang, sumber daya manusia (SDM), dan produk yang bervariasi. “Sebetulnya permintaan pasarnya sangat besar, tinggal kita saja bisa memanfaatkannya atau tidak. Dengan program LPEI ini diharapkan bisa berdampak positif,” tambah dia.
Adapun dalam program kolaborasi desa devisa ini LPEI memberikan berbagai pelatihan dan pendampingan seperti, pendampingan perizinan, prosedur dan dokumen ekspor. Kemudian pendampingan penyusunan laporan keuangan. Lalu pendampingan akses pasar dan pendampingan pengembangan desain produk kerajinan rotan.
Di mana, produk-produk yang paling laku di pasar ekspor adalah furnitur dengan permintaan terbesar berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan tahun ini mulai Timur Tengah.