Punya Utang hingga Rp 153 Triliun, Tupperware Ajukan Kebangkrutan

19 September 2024 14:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tupperware. Foto: Teacher Photo/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tupperware. Foto: Teacher Photo/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perusahaan tempat wadah makanan Tupperware mengajukan status kebangkrutan ke pengadilan di Amerika Serikat. Langkah ini diambil setelah proses negosiasi yang berlarut-larut antara perusahaan dan para pemberi pinjaman (kreditur) dari USD 700 juta.
ADVERTISEMENT
Chief Restructuring Officer Tupperware, Brian J. Fox, mengakui perusahaan saat ini dalam kondisi kesulitan keuangan, terutama penjualan yang terus anjlok.
“Menghadapi kebutuhan likuiditas yang semakin mendesak dan tekanan operasional yang terus berlanjut, perusahaan memulai kembali upaya pemasaran untuk ketiga kalinya setelah akhir pekan 4 Juli,” kata Chief Restructuring Officer Brian J. Fox dalam dokumen pengadilan yang diajukan Selasa, dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/9).
Untuk membantu membujuk para pemberi pinjaman agar mendukung upaya penyelamatan pembiayaan, Tupperware mencabut pembatasan perdagangan utang perusahaan. Tiga investor baru, termasuk Stonehill Institutional Partners dan Alden Global Capital, membeli sebagian besar pinjaman senior perusahaan dengan harga 3 sen dolar, kata Fox. Pinjaman sebesar USD 8 juta tersebut kemudian mendorong para pemberi pinjaman untuk saling menuntut satu sama lain di New York.
Ilustrasi poduk tupperware. Foto: Hans alvaro/Shutterstock
Pemberi pinjaman baru meminjamkan Tupperware USD 8 juta, tetapi perusahaan hanya mendapatkan USD 6 juta dalam bentuk tunai karena utang tersebut disertai dengan diskon 25 persen yang menguntungkan pemberi pinjaman. Kata Fox, pemberi pinjaman juga meminta agar inventaris Tupperware digunakan sebagai jaminan atas utang baru tersebut.
ADVERTISEMENT

Utang hingga Rp 153 Triliun

Tupperware mengakui penjualan mereka kian anjlok sejak 2020, terutama saat pandemi COVID-19 menyerang dunia dan pendapatan terus turun.
Pada Juni tahun ini, perusahaan bahkan menutup satu-satunya pabrik di Amerika Serikat dan memberhentikan hampir 150 karyawannya.
Presiden dan Chief Executive Officer Tupperware, Laurie Ann Goldman, mengatakan dalam pengajuan kebangkrutan, Tupperware mendaftarkan aset antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar dan kewajiban (utang) sebesar USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Nilai ini setara Rp 153 triliun.
“Pengajuan kebangkrutan agar kami bisa fleksibel mendukung transformasi perusahaan, terutama digitalisasi," katanya dalam sebuah pernyataan resmi.
Tupperware pertama kali rilis pada 1946 dengan memperkenalkan produk plastiknya oleh pendirinya, Earl Tupper. Setelah itu, meremematenkan segel kedap udara yang fleksibel dan penjualannya laris manis di dunia, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT