Quanzhou, Kota Kelahiran Eka Tjipta yang Jadi Pusat Peradaban Islam

27 Januari 2019 15:18 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat memberikan penghormatan terakhir kepada Pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja di Rumah Duka Sentosa RSPAD, Jakarta, Minggu (27/1/2019). (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat memberikan penghormatan terakhir kepada Pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja di Rumah Duka Sentosa RSPAD, Jakarta, Minggu (27/1/2019). (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
ADVERTISEMENT
Eka Tjipta Widjaja merupakan orang terkaya ke-3 di Indonesia dengan total kekayaan USD 8,6 miliar atau lebih dari Rp 121 triliun. Pendiri Sinar Mas Group itu meninggal pada usia 98 tahun pada hari Sabtu (26/1). Eka Tjipta meninggal di Jakarta dan jauh dari tanah kelahirannya di Kota Quanzhou, China.
ADVERTISEMENT
Quanzhou yang merupakan salah satu kota di Provinsi Fujian China ini juga dikenal sebagai Kota Zaitun dan pusat peradaban Islam. Kota ini disebut Zaitun karena Quanzhou pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan terbesar di China saat periode perdagangan jalur sutera maritim.
UNESCO, organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyebut bila Quanzhou sebagai kota bersejarah karena merupakan titik awal dari jalur sutera maritim.
Saking strategisnya, banyak pedagang dan penjelajah dari penjuru dunia singgah dan menetap di Quanzhou. Alhasil, keberagaman beragama dan percampuran budaya seperti China-Arab sangat mudah ditemui di sini kala itu.
Foto bersama Imam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama Imam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Bahkan cendekiawan dan penjelajah Islam terkenal asal Maroco, Ibn Battuta menyebut, selama periode pelayarannya ke penjuru dunia tahun 1304-1377 Masehi, Quanzhou sebagai pelabuhan terbesar di dunia. Sejarah kejayaan maritim dan Islam Quanzhou juga bisa dilihat di Islamic Centre dan Museum Maritim Quanzhou.
ADVERTISEMENT
Kumparan pernah berkunjung ke Kota Quanzhou. Salah satu lokasi yang dikunjungi ialah Masjid Qingjing atau bisa dikenal dengan Masjid As Shohabu. Masjid yang terletak di Jalan Tu Men Jie itu memiliki gaya bangunan seperti di Turki dan Arab.
Suasana Kota Quanzhou, tempat kelahiran Eka Tjipta di China, pada malam hari. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kota Quanzhou, tempat kelahiran Eka Tjipta di China, pada malam hari. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Masjid ini didirikan pada 1009 Masehi. Pada abad pertengahan, Quanzhou adalah pelabuhan terkenal di dunia. Saat itu, para pedagang dari Arab berlayar ke sini. Menurut penelitian, saat para saudagar asal Timur Tengah akan membangun Masjid Qingjing, di Kota Quanzhou sendiri telah berdiri sekitar enam sampai tujuh masjid. Di sini juga terdapat Museum Sejarah Islam dan Makan Sahabat Nabi.
Perkembangan Islam di Kota Quanzhou
Di Quanzhou, kumparan bertemu dengan Ahong atau Imam Masjid Quanzhou. Sang Imam yang bernama Ibrahim menuturkan bahwa peradaban Islam di Quanzhou dahulu sangatlah pesat. Periode perkembangan Islam di Quanzhou, awalnya berlangsung pada era Dinasti Tang (618-907). Kala itu, Islam diperkenalkan oleh pedagang Arab-Persia yang berlabuh di Quanzhou.
ADVERTISEMENT
Para pedagang dan penjelajah dari Timur Tengah itu singgah di Quanzhou, dan tentunya ada yang beristri dengan warga lokal, Chinese Han. Peradaban Islam memasuki masa keemasan pada era Dinasti Ming (1368-1643). Pada era ini juga, Laksamana Cheng He (orang Indonesia menyebutnya Laksamana Cheng Ho) melakukan ekspedisi, termasuk ke Indonesia. Islam di China kemudian memasuki masa kemunduran pada Dinasti Qing (1644-1911).
Berdiskusi dengan Imam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Berdiskusi dengan Imam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Pada era kejayaannya, Ahong menyebut jumlah umat Islam di Quanzhou mencapai 100.000 orang. Kini, pemeluk Islam di bekas kota pelabuhan penghubung jalur sutera ini hanya berkisar 400 orang, sedangkan penduduk Kota Quanzhou (sensus 2010) berkisar 8 juta orang.
“Dahulu, pemeluk Agama Islam di sini mencapai 100.000 orang. Sekarang tinggal 400 namun warga China,” ujar Ahong alias Imam Masjid ini.
ADVERTISEMENT
Lanjut Ahong, perkembangan Islam di Quanzhou merupakan titik penting (hub) dari persebaran Islam menuju wilayah utara China dan juga menuju Negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Filipina dan tentunya Indonesia.
Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Dari beberapa sumber, perkembangan Islam di Bumi Nusantara, sangat dibantu oleh para saudagar dan tokoh Muslim asal Tiongkok. Mereka berlayar menuju pelabuhan-pelabuhan utama di nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam.
“Dari sini (Quanzhou), penyebaran agama Islam menyebar sampai ke Malaysia, Filipina, dan Indonesia,” tambahnya.
Arsitektur Islam hingga Makam Sahabat Nabi
Selain mengunjungi masjid bersejarah, kumparan juga mengelilingi jalan-jalan Kota Quanzhou. Di dekat masjid, tampak jelas rumah-rumah tua yang masih mempertahankan arsitektur Islam seperti bentuk kubah masjid. Selain keindahan kota yang memadukan arsitektur Islam, China, hingga modern, kota ini juga terdapat makam sahabat Nabi Muhammad SAW.
Makam Sahabat Nabi di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Sahabat Nabi di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Dari berbagai sumber, ada 4 sahabat nabi asal Arab yang menyebarkan agama Islam di China. Keempat sahabat nabi itu menyebarkan agama hingga meninggal di China. Satu sahabat nabi bernama Saad Bin Abi Waqos, dimakamkan di Kota Guangzhou. Makam kedua, terletak di Kota Yangzhou. Sahabat nabi ke-3 dan ke-4 inilah yang dimakamkan di Quanzhou namun sahabat nabi ini tidak diketahui namanya.
ADVERTISEMENT
Eka Tjipta Aktif Dukung Kegiatan Islam di Indonesia
Sebagai pengusaha ternama di tanah air, Eka Tjipta juga ikut mendukung aktivitas Islam di Indonesia. Dikutip dari situs Sinar Mas, Eka Tjipta melalui Yayasan Muslim Sinar Mas menggagas Desa Cinta Alquran di Lampung. Yayasan ini mewakafkan 400 mushaf Alquran berikut 200 Juz Amma kepada Ketua Umum Lampung Jejamo, Kurnia Thoha.
“Apa yang dilakukan oleh Lampung Jejamo selaras dengan komitmen kami memperluas ketersediaan Alquran di masyarakat,” kata Managing Director Sinar Mas Saleh Husin.
Suasana di dalam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di dalam Masjid di kota Quanzhou. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Sinar Mas melalui Wakaf Quran untuk negeri yang didukung penuh Asia Pulp & Paper Sinar Mas, sejak 2008 telah mendonasikan sekitar 800 ribu mushaf Alquran, 50.000 buku panduan membaca Alquran dan Juz Amma, juga 300 set Alquran Braille bagi tuna netra, baik melalui mitra, maupun pilar bisnis Sinar Mas yang tersebar di berbagai wilayah.
ADVERTISEMENT
Seluruh kertas Alquran yang diwakafkan dicetak menggunakan kertas premium Sinar Tech atau lebih dikenal sebagai Quran Paper (QPP) yang dikembangkan oleh Indah Kiat Pulp & Paper Tangerang Mill bagi pencetakan kitab suci dan buku agama. Quran Paper yang memenuhi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia karena bahan baku dan proses produksinya memenuhi kaidah kehalalan ini, hingga 90 persen produksinya di ekspor ke berbagai negara Asia dan Afrika.