Rachmat Gobel Ajak Parlemen Turki Kerja Sama Sektor Teknologi

18 Mei 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, bertemu dengan anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan di Jakarta, Jumat (17/5/2024). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, bertemu dengan anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan di Jakarta, Jumat (17/5/2024). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mengajak parlemen Turki untuk mendorong Indonesia dan Turki untuk melakukan kerja sama di bidang teknologi. Pendekatan dilakukan karena dia sudah beberapa kali ke Turki dan melihat berbagai pameran teknologi di Technofest.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Gobel saat menerima delegasi parlemen Turki yang berkunjung ke Indonesia. Dalam pertemuan itu ia didampingi anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan. Sedangkan delegasi Turki dipimpin Osman Saglam. Ia didampingi Murat Cahid Cingi dan Muzeyyen Sevkin. Hadir pula Duta Besar Turki untuk Indonesia Prof Dr Talip Kucukcan.
"Saya menyaksikan sendiri kemampuan Turki di bidang teknologi. Karena itu penting sekali kedua negara menjalin kerja sama di bidang teknologi,” katanya, dikutip Sabtu (18/5).
Sementara itu, Osman Saglam mengatakan, sebagai bukti kemajuan teknologi Turki adalah produsen alat-alat rumah tangga bermerek Beco adalah produsen terbesar di Eropa dan nomor dua di dunia. Beco memproduksi peralatan seperti microwave dan mesin cuci.
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, bertemu dengan anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan di Jakarta, Jumat (17/5/2024). Foto: Dok. Istimewa
Industri elektronika Turki juga sudah mulai menguasai Eropa. Selain itu, Turki juga sudah mampu memproduksi pesawat tempur dan kapal perang sendiri.
ADVERTISEMENT
“Kandungan lokal industri di Turki harus mencapai minimal 80 persen, termasuk untuk mesinnya,” katanya.
Sebagai perbandingan, ketentuan kandungan lokal di Indonesia, yang disebut dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), baru berada di angka minimal 40 persen.
Gobel mengatakan, Turki tidak membeli teknologi dari negara lain tapi membangun sendiri kemampuannya dalam menguasai teknologi. Hal ini, katanya, patut dipelajari Indonesia dan dibagi strateginya agar Indonesia juga memiliki kemandirian di bidang teknologi.
“Mereka selalu mengeklaim bahwa dari segi harga bisa lebih rendah dari China tapi dari segi kualitas bisa lebih tinggi dari kualitas teknologi negara-negara di Asia. Mereka selalu menyatakan bahwa standar teknologinya mengikuti standar Uni Eropa. Tentu ini patut kita dalami,” katanya.
ADVERTISEMENT
Saat menghadiri pameran teknologi Technofest, kata Gobel, Turki menjadikan anak-anak sekolah dari SD, SMP, dan SMA sudah dilibatkan secara aktif. Mereka bukan hanya hadir tapi menjadi bagian dalam pameran tersebut. Karena itu, katanya, selain mengajak kerja sama di bidang teknologi, sebaiknya Turki dan Indonesia menjalin kerja sama di bidang pendidikan.
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, bersama Anggota DPR Turki Murat Cahid Cingi di Jakarta, Jumat (17/5/2024). Foto: Dok. Istimewa
“Selama ini kita mengenal istilah sister city, yaitu kerja sama antara satu kota dari satu negara dengan satu kota dari negara lain. Kita patut menjalin kerja sama sister school. Dengan demikian ada kerja sama antara institusi pendidikan di Indonesia dengan institusi pendidikan di Turki yang melibatkan semua komponennya. Mulai dari siswa, guru, dan juga tenaga administrasinya,” ucap Gobel.
Dia menilai kerja sama antara Turki dan Indonesia ini penting untuk dilakukan karena kedua negara sama-sama beranjak dari negara berkembang. Selama ini selalu antara negara berkembang dan negara yang dari awal sudah menjadi negara maju.
ADVERTISEMENT
"Padahal kita butuh sharing sebagai sesama negara berkembang. Bagaimana strateginya, apa langkah-langkahnya, dan apa syarat-syaratnya,” katanya.
Tawaran itu disambut baik oleh Osman Saglam. Mereka akan membawa usulan ini di parlemen untuk dibahas untuk kemudian didorong ke pemerintah.
Di sisi lain, Gobel mengingatkan hubungan kedua negara jangan hanya menekankan aspek politik dan bisnis saja tapi juga harus menyentuh di level terdalam yaitu hubungan people to people dan heart to heart. “Ini akan lebih langgeng dan berjangka panjang,” katanya.