Raih Komitmen Investasi USD 25 Miliar, INA Baru Bisa Salurkan USD 3 Miliar

14 Agustus 2023 8:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Dalam waktu 2,5 tahun sejak didirikan pada Desember 2020, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yakni Indonesia Investment Authority (INA), telah mendapat komitmen investasi total sebesar USD 25 miliar atau sekitar Rp 400 triliun. Meski demikian, yang bisa ditempatkan INA baru USD 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, mengatakan strategi investasi INA bukan sekadar mencari sumber pendanaan dan target proyeknya saja. Yang paling menjadi tantangan, justru memilih proyek atau target investasi yang bisa menciptakan nilai tambah (creating value).
"Nah sekarang itu kalau orang mikir INA itu duit aja gitu. Padahal duitnya yang tadi saya sudah bilang ada USD 25 miliar, itu yang baru kita masukkan itu hanya USD 3 miliar. Karena untuk cari barang yang bagus yang kira-kira bisa menghasilkan nilai tambah itu enggak gampang," tutur Ridha Wirakusumah dalam perbincangan dengan media di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (11/8).
Hal ini, lanjut Ridha, sesuai mandat yang diberikan ke INA seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2020. Pada Pasal 5 beleid itu disebutkan, tugas INA adalah melakukan peningkatan dan optimalisasi nilai investasi yang dikelola secara jangka panjang dan membantu pembangunan secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
"Jadi misalnya ada proyek yang nilai return investasinya bagus, tapi enggak ada dampak pembangunan, kita gak bisa masuk," imbuh mantan Presiden Direktur Bank Permata itu.
Di tahun pertamanya yakni 2021, INA melakukan investasi sebesar Rp 12,4 triliun atau USD 800 juta, yakni dengan masuk ke IPO perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL).
Dari dana investasi sebesar itu, porsi INA Rp 4,4 triliun (USD 281 juta), sedangkan sisanya yakni Rp 8 triliun dari mitra investor yakni GIC (Singapura), ADIA dan ADG keduanya dari Abu Dhabi.
Pada 2022, INA bersama sejumlah mitra investornya menempatkan total dana investasi sebesar Rp 12,8 triliun (USD 822 juta) di mana porsi INA mencapai Rp 7,8 triliun atau USD 503 juta.
ADVERTISEMENT
Sejumlah proyek yang didanai bersama mitra ADIA dan APG (Belanda) yakni Tol Trans Jawa sebesar Rp 6,2 triliun, mencakup PT Semesta Marga Raya (SMR) dan PT Pejagan Pemalang Toll Road (PPTR).
Ketua Dewan Direktur Lembaga Pembiayaan Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA), Ridha Wirakusumah. Foto: Wendiyanto/kumparan
Masih di 2022, INA bersama mitra investornya juga menanamkan Rp 4,7 triliun ke Traveloka, di mana porsi INA sebesar Rp 682 miliar. Selain itu INA bersama Silk Road Fund (China) juga menyuntikkan investasi sebesar Rp 1,9 triliun (USD 123 juta) ke PT Kimia Farma Tbk di mana porsi INA sebesar Rp 930 miliar.
Pada 2023 ini, INA bersama Silk Road Fund (China) telah menempatkan investasi yang kedua kali di Kimia Farma sebesar Rp 295 miliar, di mana porsi INA sebesar Rp 155 miliar.
ADVERTISEMENT
Investasi tahap pertama di Kimia Farma yakni pada 2022 dengan mitra yang sama, sebesar Rp 1,9 triliun (USD 123 juta) ke PT Kimia Farma Tbk di mana porsi INA sebesar Rp 930 miliar.
Selain itu, INA bersama mitra investor Masdar (Uni Emirat Arab) menempatkan investasi Rp 7,3 triliun di PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGEO) melalui IPO. Porsi INA dalam investasi di PGEO tersebut, mencapai Rp 1,8 triliun.
Terbaru pada pertengahan Juli 2023 lalu, INA resmi mengambil alih dua ruas tol Trans Sumatera dari PT Hutama Karya (Persero), setelah berproses panjang sejak Maret 2021. Total investasi yang dibenamkan yakni Rp 20,5 triliun, untuk ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar.