Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Raker Perdana Komisi IX DPR, Menaker Soroti Pengangguran RI Masih Tinggi
30 Oktober 2024 14:11 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker ) Yassierli dan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer perdana menghadiri Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IX DPR.
ADVERTISEMENT
Yassierli mengungkapkan beberapa tantangan di sektor ketenagakerjaan. Pertama, kata dia, Presiden Prabowo Subianto menyoroti tingkat pengangguran yang masih tinggi di Indonesia.
Meskipun tren tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun pada rentang 2022-2024, kata dia, pemerintah masih melihat angkanya masih terlampau tinggi yakni 4,82 persen.
Dan inilah menjadi tantangan. Kemudian tadi Presiden juga menyoroti terkait tentang tingkat pengangguran. Kalau kita lihat tren 2022-2024 memang terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka.
"Tapi potret di 2024, 4,82 itu juga masih tinggi. Jadi kita punya target sebenarnya itu bisa di bawah 4 atau 3. Itu adalah gambaran tingkat pengangguran terbuka," ungkapnya saat Raker Komisi XI DPR , Rabu (30/10).
Selanjutnya, Yassierli juta menyebutkan tingkat pengangguran setengah menganggur di Indonesia masih tinggi sebanyak 12 juta orang.
ADVERTISEMENT
"Artinya pekerja yang bekerja mungkin tidak full, tidak sampai 40 jam seminggu mungkin hanya 15 jam seminggu itu sejumlah 12 juta orang. Sehingga artinya kita bisa pastikan juga upah yang diperoleh jauh dari upah minimum," jelasnya.
Selain soal pengangguran, Yassierli juga menyoroti tantangan tingkat produktivitas pekerja yang rendah. Menurutnya, pekerja Indonesia masih kurang produktif dibandingkan negara tetangga.
"Jadi kita berada di bawah Malaysia, kita berada di bawah Thailand dengan angka kita itu 28,6. Inilah yang kemudian berdampak kepada daya saing industri kita," kata dia.
Kemudian, lanjut dia, terkait tentang persentase angkatan kerja menurut jenis keterampilan. Dia menyebut 59 persen pekerja di Indonesia melakukan pekerjaan dengan keterampilan rendah. Sementara pekerja dengan keterampilan tinggi masih kurang dari 9 persen.
ADVERTISEMENT
Tantangan selanjutnya adalah persentase angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan, di mana pekerja Indonesia dominan memiliki pendidikan di bawah SMP dan sederajat.
Tidak hanya itu, Yassierli mengatakan tantangan selanjutnya adalah kesenjangan pekerja di perkotaan dan pedesaan. Kawasan perkotaan, kata dia, lebih banyak memiliki pekerja sekaligus pengangguran terbuka. Di sisi lain, kawasan pedesaan memiliki pekerja informal lebih banyak.
"Jadi pekerja informal ini yang akan menjadi tantangan besar. Jumlahnya sampai 60 juta orang. Mereka tidak memiliki jaminan perlindungan," tutur Yassierli.
Selanjutnya, masalah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Dia mencatat peserta yang aktif sangat rendah, yakni baru 27,56 persen. Padahal, dia menilai instrumen ini penting bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan.
Terakhir, masalah upah buruh karyawan yang rendah. Yassierli mengatakan upah buruh rata-rata berkisar antara Rp 2,2 juta hingga Rp 3,4 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
"Potret kita saat ini rata-rata untuk sektor pertanian, kehutanan, perikanan Rp 2,2 sekian juta. Upah buruh terkait dengan seluruh sektor rata-rata itu Rp 3,4 juta. Ini yang memang menjadi isu yang cukup hangat sekarang diperjuangkan oleh teman-teman buruh," pungkas Yassierli.