Ramadhan Tiba, Pedagang Pasar Keluhkan MinyaKita Kembali Langka

Mika, seorang pedagang perempuan di Pasar Pondok Labu, mengatakan MinyaKita sudah sepekan tidak dijual di gerainya. Ia mengatakan pasokan MinyaKita terakhir ada di pasaran seminggu sebelum Ramadhan.
"MinyaKita sedang kosong, terakhir saya jual di harga Rp 15.000 (per liter) minggu lalu, saya belinya Rp 12.000, langsung ludes dalam seminggu yang sama," kata Mika saat ditemui kumparan, Kamis (23/3).
Mika mengatakan ia memang mematok harga sedikit lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 14.000 per liter, lantaran minyak tersebut semakin sulit didapatkan.
"(Pasokan) makin tipis, (MinyaKita) sering terlambat datang. Ini aturan hari Selasa kemarin saya sudah pesan tapi barang belum masuk, pengiriman telat melulu, jadi kita hanya bisa menanti," ujarnya.
Ditemui terpisah, Eno, pedagang minyak goreng, mengatakan pasokan MinyaKita di gerainya sudah habis selama sebulan terakhir. Ia mengatakan mendekati bulan Ramadhan ini, ia belum melihat tanda-tanda MinyaKita yang telah ia pesan akan datang dalam waktu dekat.
"MinyaKita saya sempat jual, tapi sekarang lagi susah. Terakhir dapat bulan lalu, kita udah pesan dari pabrik, tapi kiriman tidak dikirim-kirim," kata Eno saat diwawancarai kumparan di Pasar Mede, Fatmawati, Jakarta Selatan.

Dia mengatakan MinyaKita di gerainya dibanderol seharga Rp 15.000 sampai Rp 16.000, namun tidak sampai 3 hari, pasokan MinyaKita di gerainya langsung habis.
"Laku banget, saya jual Rp 15.000 - Rp 16.000, ibu-ibu rebutan. Makanya kita sangat harap ready stock lagi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengeklaim MinyaKita sangat diminati di pasaran. Program pemerintah tersebut terlalu sukses bahkan hingga membuat harga minyak goreng premium turun.
"MinyaKita ini Pak Ketua, saya beri judul terlalu sukses. Semua orang minta MinyaKita. Bahkan data yang saya dapat, minyak (goreng) premium itu turunnya bukan 10 persen, tapi 80 persen," kata Zulhas dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (15/3).
Dia mengaku banyak konsumen yang beralih membeli MinyaKita. Permintaan MinyaKita bahkan datang dari berbagai kalangan.
"Hampir semua termasuk para gubernur, para bupati, juga minta itu MinyaKita. Termasuk marketplace jual MinyaKita, termasuk pasar modern memasang memajang MinyaKita," lanjutnya.
Saking banyaknya pembeli, Mendag menyebut MinyaKita di pasar tradisional banyak berkurang. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan membatasi penjualan MinyaKita tidak boleh dijual melalui market place online, dan ritel modern, namun akan diprioritaskan untuk pasar tradisional.