Ramai Rencana IBC Beli Startup Mobil Listrik Jerman, Ini Penjelasan Erick Thohir

3 Desember 2021 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/11).  Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/11). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) bakal membeli startup mobil listrik asal Jerman, StreetScooter, ramai dibicarakan. Seorang bernama Djamal Attamimi disebut menyodorkan nama StreetScooter ke Menteri BUMN Erick Thohir.
ADVERTISEMENT
Djamal Attamimi merupakan investment banker kelahiran Semarang yang saat ini berdomisili di Singapura. Ia tercatat sebagai Komisaris PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Sementara StreetScooter GmbH merupakan anak usaha Deutsche Post DHL.
Ramainya rencana pembelian perusahaan ini karena dianggap terlalu besar, senilai USD 170 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun (kurs dolar Rp 14.300). Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok belum lama ini mengungkapkan penolakannya terhadap rencana ini karena terlalu mahal.
Erick pun buka suara. Dia mengaku kenal baik dengan Djamal Attamimi yang menawarkan StreetScooter untuk dibeli IBC.
"Lho Djamal itu, saya kenal baik. Apa salahnya dia menawarkan? Yang penting saya tidak ada kick back (dijanjikan dapat imbalan). Jangan suudzon," kata Erick kepada kumparan di Gedung DPR RI, Kamis (2/11).
ADVERTISEMENT
Dia juga menegaskan, meski Djamal menawarkan StreetScooter, tapi rencana pembeliannya akan tetap memperhitungkan kajian kelayakannya (feasible). Erick menjelaskan, dalam ekosistem kendaraan listrik yang dicanangkan pemerintah dan Kementerian BUMN saat ini, sudah ada beberapa pemainnya, dari hulu ke hilir.
Berdasarkan catatan kumparan, di sisi hulu, ada PT Antam (Persero) Tbk dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang akan menyediakan nikel untuk baterai kendaraan listrik. Di produksi motor listrik, sudah ada GESITS milik anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, di produksi ESS Baterai ada NIPRESS, di battery swap motor ada Ezyfast dan Pertamina, dan di charging station mobil ada Starvo dan PT PLN (Persero).
Ilustrasi StreetScooter. Foto: www.streetscooter.com
CATL dan LG, dua perusahaan asing dari China dan Korea Selatan juga akan masuk. Mereka akan bermain pengolahan nikel menjadi baterai seperti HPAL, prekursor, katoda, battery cell & pak.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk produsen mobil listrik, sampai saat ini baru Hyundai yang siap. Pabriknya akan beroperasi pada 2022 di Karawang, Jawa Barat. Jika StreetScooter masuk, maka produsen mobil listrik dalam ekosistem ini menjadi dua pemain.
"Kalau sudah ada baterai, ada pengisian, ada motor, apakah salah dikembangkan ke mobil? Karena dikembangkan ke mobil enggak salah, ya tinggal dicari saja partner-nya. Saya enggak pernah maksa mesti partner ini, partner itu. Yang penting kita harus bikin ekosistem, jangan sampai kita hanya bermain di raw material (menyediakan bijih nikel). Jadi saya tidak pernah berpikir untuk kepentingan saya," ucapnya.
Ditemui terpisah di DPR RI, Wakil Menteri BUMN I yang membidangi sektor energi sekaligus Wakil Komisaris Utama Pertamina, Pahala Mansury, enggan berkomentar banyak. Dia hanya mengatakan segala rencana terkait IBC dilakukan secara bisnis (business to business/B2B).
ADVERTISEMENT
"Itu B2B saja, iya (itu urusannya ke IBC)," kata dia.