Ramalan Ahok soal Bisnis SPBU dan Beberkan Strategi Pertamina di Masa Depan

11 Februari 2022 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: @basukibtp
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: @basukibtp
ADVERTISEMENT
Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, kini tengah mengejar untuk mengurangi emisi karbon dengan melakukan transisi dari energi berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan mulai menggalakkan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Namun, jika penggunaan kendaraan listrik sudah masif, bagaimana dengan nasib SPBU milik Pertamina dan perusahaan minyak gas lainnya yang beroperasi di Indonesia?
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengungkapkan Pertamina saat ini dalam proses masuk ke bisnis model EV dengan memanfaatkan momentum transisi energi. Terutama dalam bisnis SPBU yang mungkin akan semakin tertinggal.
"Kita lihat ancaman dari 5 tahun sampai 10 tahun, kalau motor sudah ganti ke listrik tanpa (Pertamina) dikasih kredit dan bunga murah, saya kira SPBU sudah langsung kosong, karena yang paling banyak itu motor," kata Ahok dalam DBSI Spring Festival 2022, Kamis (10/2).
ADVERTISEMENT
Ahok melihat perubahan gaya hidup masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik. Mereka biasanya mengisi baterai kendaraannya di rumah saja, sehingga tidak lagi bergantung kepada SPBU yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
"Belum lagi nanti ketemu teknologi baterai yang lebih murah, angkutan harian di perkampungan akan masuk ke EV, pengalaman teman-teman pengguna kendaraan listrik kalau ke luar kota mereka nge-charge di rumah saja," tuturnya.
Pertamina, kata dia, berencana akan mengubah supply chain atau rantai pasok SPBU dan ritel milik Pertamina. Ini tidak lepas dari peran perbankan dalam memberikan kredit atau stimulus bagi Pertamina.
"Pertamina harus pikirkan ke depan ritel yang diandalkan mesti ada perubahan, kita mulai bangun logistik supply chain-nya, mulai bangun bagaimana kita kuasai ritel tidak hanya minyak, tapi juga produk lain seperti lubricants (pelumas). Ini pentingnya merger jaringan supply chain," jelas dia.
ADVERTISEMENT

Strategi Bisnis Pertamina di Masa Depan

Ahok saat mengunjungi RU IV Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Foto: Instagram/@basukibtp
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas (migas), sederet tantangan di masa transisi energi harus dihadapi Pertamina. Dunia menuntut pergeseran bahan bakar fosil menjadi energi baru dan terbarukan (EBT).
Ahok menjelaskan rencana dan arah bisnis yang akan diusung Pertamina seiring tuntutan transisi energi tersebut. Dia menegaskan perseroan sudah mulai fokus mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.
"Kita harus masuk ke low carbon solution, salah satunya dari gas power. Ini tidak mudah tapi sebetulnya kita ingin seluruh PLTU diganti supply-nya (bahan bakarnya) oleh gas sebelum kita masuk ke geothermal, hydro, solar, biomassa dan biogas, wind, dan ombak," kata Ahok.
Selain fokus ke transisi energi menggunakan gas, Pertamina juga akan ikut berkontribusi dalam rencana penjualan karbon (carbon market), industri hijau, industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bahkan menerapkan tenaga hidrogen ke kilang. Tapi, dia menekankan Pertamina harus menggandeng mitra yang berpengalaman.
ADVERTISEMENT
"Kenyataannya, Pertamina tidak ada pengalaman sebelumnya masuk ke sini (transisi energi). Sehingga strateginya adalah strategi partnership, merger, dan akuisisi," ungkapnya.
Melalui partnership, merger, dan akuisisi perusahaan-perusahaan ramah lingkungan yang sudah lebih mumpuni, Ahok menyebut harus alih teknologi dan meningkatkan kualitas tenaga kerja yang dimiliki Pertamina.
Dengan sesama BUMN, Pertamina sudah menggandeng PT PLN (Persero) untuk akselerasi transisi energi ini dengan memanfaatkan potensi EBT Indonesia yang sangat besar, baik tenaga air, angin, surya, panas bumi, bio masa, bahkan ombak.
"Kita butuh backup (produksi listrik) bukan dengan PLTU, tapi dengan geothermal (panas bumi). Makanya kita cari strategic partner ini agar proses bisnis terintegrasi dan efisien dan mendapat SDM terbaik, sehingga investasi yang sustainable bisa kita dapatkan," tutur Ahok.
ADVERTISEMENT