Rapuhnya Ekonomi Afghanistan, Bagaimana Masa Depannya Setelah Dikuasai Taliban?

18 Agustus 2021 19:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita berjalan melalui jalan di Ghazni. Foto: Wakil Kohsar / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Wanita berjalan melalui jalan di Ghazni. Foto: Wakil Kohsar / AFP
ADVERTISEMENT
Bank Dunia melihat gambaran ekonomi Afghanistan meresahkan beberapa bulan sebelum diambil alih Taliban. Berdasarkan laporan dirilis 30 Maret 2021, Bank Dunia menilai ekonomi Afghanistan sangat rapuh karena bergantung pada bantuan.
ADVERTISEMENT
Posisi sektor swasta sangat sempit, dengan lapangan kerja yang terkonsentrasi di pertanian yang produktivitasnya rendah (44 persen dari total tenaga kerja bekerja di pertanian dan 60 persen rumah tangga memperoleh pendapatan dari pertanian).
Pengembangan dan diversifikasi sektor swasta dibatasi oleh ketidakamanan, ketidakstabilan politik, institusi yang lemah, infrastruktur yang tidak memadai, korupsi yang meluas, dan lingkungan bisnis yang sulit (Afghanistan menduduki peringkat ke-173 dari 190 negara dalam Survei Doing Business 2020).
Lembaga yang lemah dan hak milik membatasi inklusi keuangan dan akses keuangan, dengan kredit ke sektor swasta hanya sebesar tiga persen dari PDB.
Prospek ekonomi terlihat lebih genting sekarang, karena ketidakpastian bantuan keuangan ke depan. Mengutip laporan BBC News, Afghanistan memang memiliki sumber daya mineral yang cukup besar, tetapi situasi politik menghambat eksploitasinya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019, angka Bank Dunia menunjukkan bantuan pembangunan setara dengan 22 persen dari pendapatan nasional bruto. Angka itu sebenarnya cukup tinggi, namun turun jauh dibandingkan dengan 10 tahun lalu yang mencapai 49 persen. Sekarang bantuan itu berada di bawah ketidakpastian yang mendalam.
"Kami tidak akan memberikan satu sen pun lagi jika Taliban mengambil alih negara dan memperkenalkan hukum Syariah," ujar Menteri Luar Negeri Jerman Heike Maas, dikutp BBC News, Rabu (18/8).
Korupsi
Situasi ekonomi yang meresahkan diilustrasikan Bank Dunia melalui tingkat pengeluaran yang sangat tinggi untuk keamanan sebelum pengambilalihan Taliban, yakni mencapai 29 persen dari PDB, dibandingkan dengan rata-rata 3 persen untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Tak hanya itu, masalah keamanan dan korupsi yang parah berada di balik masalah di Afghanistan. Investasi bisnis asing juga sangat lemah.
ADVERTISEMENT
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak ada pengumuman dalam dua tahun terakhir tentang investasi baru, yang melibatkan bisnis asing. Sejak 2014, total hanya ada empat investasi.
Bank Dunia menggambarkan sektor swasta Afghanistan sangat tipis. Pekerjaan terkonsentrasi di pertanian dengan produktivitas rendah, 60 persen rumah tangga mendapatkan penghasilan dari pertanian.
Negara ini juga memiliki ekonomi yang gelap. Ada penambangan ilegal yang memproduksi opium dan kegiatan terkait seperti penyelundupan. Perdagangan narkoba telah menjadi sumber pendapatan penting bagi Taliban.
Farzana, yang melarikan diri dari desanya di provinsi Helmand ketika diambil alih oleh Taliban. Foto: Blanchard / AFP
Kekayaan Mineral
Ekonomi Afghanistan telah tumbuh sejak invasi AS pada tahun 2001. Namun, menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata lebih dari 9 persen dalam 10 tahun dari tahun 2003 kemudian melambat. Mungkin mencerminkan tingkat bantuan yang lebih rendah ke rata-rata 2,5 persen antara 2015 dan 2020.
ADVERTISEMENT
Negara ini memang memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Ada beberapa jenis mineral yang tersedia dalam jumlah yang cukup besar, seperti tembaga, kobalt, batu bara, dan bijih besi. Ada juga minyak dan gas serta batu mulia.
Salah satu yang sangat potensial adalah lithium, logam yang digunakan dalam baterai untuk perangkat seluler dan mobil listrik. Namun tidak ada yang dieksploitasi.
Kekuatan Asing
Banyak yang melaporkan China sebenarnya tertarik untuk terlibat. Namun kebanyakan pihak pebisnis dari China enggan untuk berkomitmen. Pasalnya masalah keamanan dan korupsi yang tak terkendali sehingga mempengaruhi proses ekstraksi komoditas industri dalam jumlah yang berharga.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi perekonomian adalah pekerjaan perempuan. Dalam satu dekade terakhir, persentase penduduk perempuan berusia di atas 15 tahun yang bekerja meningkat secara signifikan. Di bawah Taliban, perubahan itu kemungkinan akan dibalik, yang semakin merusak prospek ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat, juga banyak ketidakpastian tentang stabilitas keuangan. Kerumunan orang telah mencoba untuk menarik uang mereka dari bank.