Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Rating JP Morgan ke Saham Bank di RI Dongkrak Rupiah Awal Maret
7 Maret 2025 13:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan alasan penguatan nilai tukar atau kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi di awal Maret 2025 ini, meskipun diprediksi masih akan terus fluktuatif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, kurs Rupiah terus menguat. Dari 28 Februari 2025 di posisi Rp 16.575 per dolar AS, pada 6 Maret 2024 angkanya berada di Rp 16.315 per dolar AS.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, R. Triwahyono, mengatakan kurs Rupiah menguat karena assesment terbaru JP Morgan yang meningkatkan rating saham beberapa emiten bank Indonesia.
"Fortunately, ketika keluar assessment baru dari JP Morgan yang mengatakan bahwa mereka menaikkan saham untuk investasi di beberapa bank, BCA, Mandiri dan sebagainya, itu membuat akhirnya berbalik (menguat)," katanya saat Taklimat Media, Kamis (6/3).
JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham perbankan di Indonesia, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi overweight, kemudian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik menjadi neutral, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tetap di posisi neutral.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat termasuk hari ini, pasar saham di Indonesia relatif mengalami rebound yang cukup tinggi, dan ini juga memberi lagi dampaknya kepada Rupiah, karena memang banyak di-drive oleh perilaku asing di saham," jelas Tri.
Kendati begitu, Tri mewaspadai fluktuasi kurs Rupiah akan terjadi seiring dengan berbagai gebrakan kebijakan Presiden AS Donald Trump, yang bahkan akan membuat Indonesia terombang-ambing.
"Kita akan berada seperti di roller coaster, ketika Trump sudah memulai masa kepemerintahannya, itu memang terjadi," tegasnya.
BI, kata dia, mengantisipasi dimulainya perang dagang antara AS dengan China, Kanada, dan Meksiko dengan berlakunya tarif impor dan tindakan retaliasi yang menyertainya, meskipun ada penundaan.
"Inilah sesuatu yang akan kita hadapi setidaknya mungkin 4 tahun ke depan, bahwa memang kita akan diombang-ambing dengan kebijakan yang akan diambil salah satunya oleh Trump, terkait juga dengan sikap dia dengan Ukraina, dan terkait juga dengan sikap dia dengan Rusia dan sebagainya," tutur Tri.
ADVERTISEMENT
Dari sisi domestik, Tri mengatakan kurs Rupiah akan sangat dipengaruhi oleh pasar modal. Sebab beberapa waktu lalu, indeks saham MSCI menurunkan rating pasar saham Indonesia dari equal weight menjadi underweight, mengguncang pasar modal Indonesia.
Hal ini, lanjut dia, memengaruhi sikap dan kepercayaan investor asing kepada pasar modal Indonesia, sehingga banyak yang menarik investasinya dari Indonesia dan otomatis membebani kurs Rupiah.
"Ketika keluar dan mereka langsung memang back to safe haven, akhirnya mereka membutuhkan Dolar, itu yang mengakibatkan memang tekanan terhadap dolar itu beberapa waktu belakangan ini memang cukup tinggi," ujar Tri.