Redistribusi Pupuk Subsidi Dinilai Demi Jaga Stabilitas Pangan dan Inflasi RI

27 Juni 2022 12:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani menebar pupuk di areal sawah desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021). Foto: Dhedez Anggara/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani menebar pupuk di areal sawah desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021). Foto: Dhedez Anggara/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan melakukan kebijakan redistribusi pupuk bersubsidi, yang rencananya dimulai pada 1 Juli 2022. Sehingga, subsidi pupuk nantinya hanya pada pupuk Urea dan NPK, yang selama ini banyak digunakan para petani pada pangan pokok dan komoditas strategis pertanian yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap laju inflasi.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, saat ini dunia menghadapi tantangan yang sangat berat, mulai dari tantangan ketahanan pangan, ketahanan energi, dan stabilitas keuangan yang semakin sulit. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini turun satu persen menjadi 2,6 persen.
Sebagai bagian dari Global Crisis Response Group, Indonesia akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan. “Kita harus bertindak sekarang agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang,” kata Jokowi dalam Side Event KTT BRICS High Level Dialogue on Global Development, Jumat (24/6)
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKB Daniel Johan memastikan, pupuk bersubsidi tetap diberikan kepada petani. Menurutnya, produksi pangan nasional diperkirakan makin stabil seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengamankan pasokan pupuk bersubsidi.
ADVERTISEMENT
"Apalagi subsidi pupuk adalah bagian dari mekanisme untuk mewujudkan keadilan sosial sesuai amanat konstitusi," jelasnya.
Ia pun mengapresiasi langkah pemerintah tersebut. Menurutnya, redistribusi pupuk demi menjaga stabilitas pangan dan inflasi di Indonesia.
Daniel Johan, Wasekjen PKB Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Namun, Daniel mengingatkan perlunya meningkatkan pengawasan dan optimalisasi sistem distribusi digital pupuk bersubsidi, sehingga kebijakan ini mampu memacu produksi komoditas pangan. Menurut dia, jangan sampai ada oknum tertentu melakukan penyalahgunaan wewenang, sehingga harga pupuk bersubsidi di tingkat masyarakat masih cukup mahal.
"Syaratnya pemerintah harus benar-benar teliti, jangan salam ambil kebijakan. Salah kebijakan bisa membuat produksi menjadi turun," ujarnya.
Selain itu, dia juga meminta kepada pemerintah untuk aktif melakukan pendampingan sehingga kalangan petani mendapatkan arahan serta jaminan pasokan pupuk bersubsidi. "Yang penting sosialisasi dan pendampingan sampai di tingkat petani penerima subsidi dan memastikan tidak ada kendala, termasuk dari sisi distribusi digital" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen PSP Kementerian Pertanian Muhammad Hatta mengatakan pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pupuk dengan harga yang terjangkau oleh petani.
"Panja Pupuk Bersubsidi dan Kartu Tani Komisi IV DPR RI merekomendasikan pupuk bersubsidi difokuskan pada kebutuhan pangan pokok dan komoditas yang berdampak terhadap inflasi," jelas Hatta.
Dia menambahkan, negara masih membutuhkan bahan baku yang berasal dari impor untuk pembuatan pupuk NPK dan mahal, sehingga membutuhkan subsidi agar petani mampu membeli dengan harga yang lebih murah.
Adapun dari sisi pasokan, Direktur Produksi Pupuk Indonesia Bob Indiarto sebelumnya juga menjamin produksi pupuk bersubsidi sepanjang tahun ini. Dia menegaskan, perseroan telah menjamin pasokan bahan baku pupuk terutama Phosphate (DAP dan Rock Phosphate) dan Kalium (KCl), hingga akhir tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Perlu kita pastikan ketersediaannya, karena Phosphate dan Kalium ini merupakan bahan baku dari hasil tambang yang tidak tersedia dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri,” jelas Bob.
Dia menambahkan, stok pupuk bersubsidi hingga Juni 2022 mencapai 737.970 ton, lebih banyak dibandingkan dengan stok dalam ketentuan minimun. Secara rinci, stok pupuk Urea 371.823 ton, NPK 257.348 ton, SP-36 26.048 ton, ZA 32.955 ton, dan Organik 45.760 ton.
Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga telah mengantisipasi adanya risiko ketidaktepatan distribusi dengan menerapkan aplikasi digital Retail Management System (RMS) atau Rekan yang mempermudah penjualan pupuk ritel, komersil maupun pupuk subsidi melalui kios.
“Aplikasi Rekan dapat membantu kios dalam memonitor penjualan atau memberikan efisiensi pada urusan pencatatan data transaksi. Bahkan, sistem digital ini mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyaluran pupuk,” jelas Bob.
ADVERTISEMENT